Suhu di Bojonegoro 43,8 Derajat Celcius

ilustrasi: kompas.com

Suhu udara maksimal di tempat terbuka di Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (20/10/2011) pukul 12.00 WIB mencapai 43,8 derajat Celsius, sehingga banyak warga setempat merasakan panas dan kegerahan.

“Sebaiknya warga mengurangi aktivitas di luar rumah, karena dalam beberapa hari ini suhu di luar rumah cukup panas,” kata Kepala Bagian Lingkungan Hidup (LH) Pemerintah Kabupaten Bojonegoro Suharto.

Dalam pengukuran yang dilakukan petugas Bagian Lingkungan Hidup pemkab setempat, dengan alat pengukur suhu di lokasi lingkungan kantor itu di panas terik matahari menunjukkan angka 110,1 derajat Farenheit atau 43,8 derajat Celsius. Pengukuran juga dilakukan di tempat teduh di bawah pohon juga di lingkungan kantor setempat, menunjukkan 102,7 derajat Farenheit atau 39,2776 derajat Celsius.

Suharto mengatakan tidak memiliki pembanding suhu udara di daerah setempat, di tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pihaknya tidak berani menyimpulkan suhu udara yang terjadi di daerahnya tersebut sudah masuk kategori ekstrem, atau masih dalam batas kewajaran. “Kami tidak tahu pasti, suhu udara di Bojonegoro terpanas yang pernah terjadi sebelumnya,” katanya.

Namun, menurut dia, penyebab panas yang terjadi di daerah ini tidak terlepas dari berkurangnya kawasan hutan, sehingga banyak yang gundul. Apalagi, Bojonegoro yang tanahnya merupakan tanah kapur, sehingga tanah yang ada ikut memantulkan panas. “Kalau soal pembakaran gas lapangan Sukowati di daerah Soko, Tuban, apakah ikut memberikan konstribusi panas, saya kurang tahu,” katanya.

Panasnya udara Bojonegoro juga dirasakan Bupati Suyoto, saat bersama rombongannya memberikan bantuan kepada korban kebakaran rumah di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungadem. Dari alat pengukur suhu udara yang terpasang di kendaraan yang ditumpangi diketahui suhu di Kecamatan Kedungadem dan sekitarnya pukul 14.00 WIB menunjukkan angka 40 derajat Celsius. “Maka tidak heran semua yang ada di luar tadi merasa kegerahan,” katanya.

Seorang warga Desa Sukorejo, Kecamatan Kota, Suryanto mengatakan untuk mengurangi panas yang ada di lingkungan rumahnya, terpaksa di kanan kiri jalan di dekat rumahnya secara rutin disiram air. “Dengan disiram air, selain udara panas berkurang, juga mengurangi debu yang bertebaran,” kata Suryanto yang memanfaatkan air got di depan rumahnya untuk menyiram. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim