Disiapkan Rp1,2 Triliun Untuk Kemiskinan

Ilustrasi

Upaya untuk mengentaskan kemiskinan di Jawa Timur terus dilakukan. Pemprov Jatim tahun ini menganggarkan duit Rp1,2 triliun untuk program antikemiskinan.

“Jatim menggunakan berbagai macam strategi pembangunan berbasis masyarakat untuk mengentaskan kemiskinan. Masalah kemiskinan memang harus diintervensi pemerintah, dan karena itu kita komitmen untuk memberantas kemiskinan,” ujar Gubernur Jawa Timur Soekarwo di Surabaya, Selasa (12/7/2011).

Soekarwo mencontohkan, program penyediaan ternak kambing dan lele untuk 493.004 atau sedikitnya 16% warga sangat miskin. Secara umum, program antikemiskinan di Jatim dikerangkai dalam program Jalan Lain Menuju Kesejahteraan Masyarakat (Jalinkesra) yang menyasar 120.857 rumah tangga sasaran/RTS pada 2011 dan 127.311 RTS pada 2012.

Soekarwo menuturkan, angka kemiskinan di Jatim mencapai 1,33 juta jiwa atau 43% untuk kategori mendekati miskin, 1,26 juta jiwa atau 41% tergolong miskin, dan 493.004 jiwa atau 16% sangat miskin.

“Kami akan fokus pada 16% penduduk sangat miskin,” ujar Soekarwo.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Maret 2011, jumlah penduduk miskin di Jatim mencapai 5,356 juta orang atau 14,23% dari total penduduk. Angka ini diklaim menurun sebanyak 163.000 orang dari posisi Maret 2010 sebesar 5,529 juta orang atau 15,26 persen dari jumlah penduduk.

Kepala BPS Jawa Timur, Irlan Indrocahyo, menyatakan, jumlah penduduk miskin di perdesaan sebesar 3,59 juta penduduk atau 66,99% dari total penduduk miskin.

Pada periode Maret 2010-Maret 2011, garis kemiskinan di Jatim mengalami kenaikan sebesar Rp199.327 menjadi sebesar Rp219.727 atau naik 10,23%. Garis kemiskinan makanan pada 2011 sebesar Rp162.017 rupiah atau memberikan kontribusi sebesar 86,03% terhadap angka garis kemiskinan. Adapun secara rerata nasional, garis kemiskinan yang dipakai adalah Rp233.740 per kapita per bulan.

Irlan menuturkan, bahan makanan dan rokok sangat berpengaruh pada nilai garis kemiskinan, mulai dari beras, rokok kretek filter, gula pasir dan tempe. Adapun untuk komoditas bukan makanan adalah biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan kayu bakar.

Pada kelompok nonbahan makanan pada tiga komoditas yang memiliki kontribusi teratas adalah perumahan, listrik, dan pendidikan untuk daerah perkotaan. Sedangkan daerah perdesaan pada komoditas perumahan, kayu bakar, dan listrik.

Nilai indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) di daerah perdesaan lebih tinggi dua kali dibandingkan dengan perkotaan. Pada Maret 2011, nilai Indeks kedalaman kemiskinan (P1) untuk perkotaan hanya 1,51 sementara di daerah perdesaan mencapai 2,96.

Nilai indeks keparahan kemiskinan (P2) untuk perkotaan hanya 0,35 sementara di daerah perdesaan sebesar 0,72 atau 2 kali lipat daripada perkotaan.

Tingkat kedalam kemiskinan yang digambarkan oleh angka Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas kemiskinan, di mana semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan, atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks kedalaman kemiskinan menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk.

Sedangkan angka Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin itu sendiri, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Semakin tinggi angka indeks ini maka sebaran pengeluaran diantara penduduk miskin itu semakin timpang dan sebaliknya. kabarbisnis.com

Komentar Pembaca

  1. Sudahlah, Jangan Mengeluh!!! Mari kita buat petani kita tersenyum ketika panen tiba

    Petani kita sudah terlanjur memiliki mainset bahwa untuk menghasilkan produk-produk pertanian berarti harus gunakan pupuk dan pestisida kimia.

    NPK yang antara lain terdiri dari Urea, TSP dan KCL serta pestisida kimia pengendali hama sudah merupakan kebutuhan rutin para petani kita, dan sudah dilakukan sejak 1967 (masa awal orde baru) hingga sekarang.

    Produk hasil pertanian mencapai puncaknya pada tahun 1984 pada saat Indonesia mencapai swasembada beras dan kondisi ini stabil sampai dengan tahun 1990-an. Capaian produksi padi saat itu bisa 6-8 ton/hektar.

    Petani kita selanjutnya secara turun temurun beranggapan bahwa yang meningkatkan produksi pertanian mereka adalah Urea, TSP dan KCL, mereka lupa bahwa tanah kita juga butuh unsur hara mikro yang pada umumnya terdapat dalam pupuk kandang atau pupuk hijau yang ada disekitar kita, sementara yang ditambahkan pada setiap awal musim tanam adalah unsur hara makro NPK saja ditambah dengan pengendali hama kimia yang sangat merusak lingkungan dan terutama tanah pertanian mereka semakin rusak, semakin keras dan menjadi tidak subur lagi.

    Sawah-sawah kita sejak 1990 hingga sekarang telah mengalami penurunan produksi yang sangat luar biasa dan hasil akhir yang tercatat rata-rata nasional hanya tinggal 3,8 ton/hektar (statistik nasional 2010).

    Tawaran solusi terbaik untuk para petani Indonesia agar mereka bisa tersenyum ketika panen, maka tidak ada jalan lain, perbaiki sistem pertanian mereka, ubah cara bertani mereka, mari kita kembali kealam.

    System of Rice Intensification (SRI) yang telah dicanangkan oleh pemerintah (SBY) beberapa tahun yang lalu adalah cara bertani yang ramah lingkungan, kembali kealam, menghasilkan produk yang terbebas dari unsur-unsur kimia berbahaya, kuantitas dan kualitas, serta harga produk juga jauh lebih baik. Tetapi sampai kini masih juga belum mendapat respon positif dari para petani kita, karena pada umumnya petani kita beranggapan dan beralasan bahwa walaupun hasilnya sangat menjanjikan, tetapi sangat merepotkan petani dalam proses budidayanya.

    Selain itu petani kita sudah terbiasa dan terlanjur termanjakan oleh system olah lahan yang praktis dan serba instan dengan menggunakan pupuk dan pestisida kimia, sehingga umumnya sangat berat menerima metoda SRI ini. Mungkin tunggu 5 tahun lagi setelah melihat petani tetangganya berhasil menerapkan metode tersebut.

    Kami tawarkan solusi yang lebih praktis yang perlu dipertimbangkan dan sangat mungkin untuk dapat diterima oleh masyarakat petani kita untuk dicoba, yaitu:

    “BERTANI DENGAN POLA GABUNGAN SISTEM SRI DIPADUKAN DENGAN PENGGUNAAN PUPUK ORGANIK AJAIB SO/AVRON/NASA + EFFECTIVE MICROORGANISME 16 PLUS (EM16+), DENGAN SISTEM JAJAR LEGOWO”.

    Cara gabungan ini hasilnya tetap PADI ORGANIK yang ramah lingkungan seperti yang dikehendaki pada pola SRI, tetapi cara pengolahan tanah sawahnya lebih praktis, dan hasilnya bisa meningkat 60% — 300% dibanding pola tanam sekarang.

    PUPUK ORGANIK AJAIB SO/AVRON/NASA merupakan pupuk organik lengkap yang memenuhi kebutuhan unsur hara makro dan mikro tanah dengan kandungan asam amino paling tinggi yang penggunaannya sangat mudah, sedangkan EM16+ merupakan cairan bakteri fermentasi generasi terakhir dari effective microorganism yang sudah sangat dikenal sebagai alat composer terbaik yang mampu mempercepat proses pengomposan dan mampu menyuburkan tanaman dan meremajakan/merehabilitasi tanah rusak akibat penggunan pupuk dan pestisida kimia yang tidak terkendali, sementara itu yang dimaksud sistem jajar legowo adalah sistem penanaman padi yang diselang legowo/alur/selokan, bisa 2 padi selang 1 legowo atau 4 padi selang 1 legowo dan yang paling penting adalah relative lebih murah.

    Semoga petani kita bisa tersenyum ketika datang musim panen.

    AYOOO PARA PETANI DAN SIAPA SAJA YANG PEDULI PETANI!!!! SIAPA YANG AKAN MEMULAI? KALAU TIDAK KITA SIAPA LAGI? KALAU BUKAN SEKARANG KAPAN LAGI?

    Catatan:

    Bagi Anda yang bukan petani, tetapi berkeinginan memakmurkan/mensejahterakan petani sekaligus ikut mengurangi tingkat pengangguran dan urbanisasi masyarakat pedesaan, dapat melakukan uji coba secara mandiri system pertanian organik ini pada lahan kecil terbatas di lokasi komunitas petani sebagai contoh (demplot) bagi masyarakat petani dengan tujuan bukan untuk Anda menjadi petani, melainkan untuk meraih tujuan yang lebih besar lagi, yaitu ANDA MENJADI AGEN SOSIAL penyebaran informasi pengembangan system pertanian organik diseluruh wilayah Indonesia.

    Semoga Indonesia sehat yang dicanangkan pemerintah dapat segera tercapai.

    Terimakasih,

    Omyosa – Jakarta Selatan
    02137878827; 081310104072

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim