BPS Jawa Timur mengumumkan pada bulan April 2011 Jawa Timur mengalami deflasi 0,44 persen. Deflasi Jatim terjadi karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 2,64 persen. Deflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 17,60 persen dan deflasi terendah terjadi pada sub kelompok ikan diawetkan sebesar 0,12 persen.
Dari 10 kota IHK (indeks harga konsumen) di Jawa Timur, semua kota mengalami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Banyuwangi sebesar 0,93 persen. Sedangkan deflasi terendah di Surabaya sebesar 0,22 persen. Menurut Kepala BPS Jatim, Irlan Indrocahyo, terjadinya deflasi di bulan April 2011 adalah hal yang positif dalam perekonomian Jatim. “Komoditas bahan makanan memberikan pengaruh yang signifikan dalam terjadinya deflasi bulan ini,” ujarnya.
Selain itu, pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Besar dan Sedang Jatim pada triwulan I tahun 2011 juga meningkat sebesar 0,53 persen di bandingkan triwulan IV tahun 2010, dan lebih tinggi dibanding pertumbuhan produksi industri nasional triwulan I sebesar -2,18 persen.
Pertumbuhan produksi manufaktur besar dan sedang disebabkan oleh kenaikan produksi industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia sebesar 16,75 persen, industri kayu, barang-barang dari kayu dan barang-barang anyaman sebesar 14,11 persen, dan industri barang galian bukan logam sebesar 6,42 persen. SP