Warga Trenggalek Antisipasi Retak Akibat Dentuman

foto: Tempointeraktif.com

Pemerintah Kabupaten Trenggalek meminta masyarakat mewapadai kemunculan retakan tanah pasca dentuman misterius yang terjadi. Retakan tersebut bisa menimbulkan longsor pada musim hujan sekarang ini. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Kabupaten Trenggalek Yoso Mihardi telah menerima peringatan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi terkait dentuman tersebut. Dentuman yang berulang-ulang disertai getaran itu bisa menimbulkan retakan tanah di permukaan bumi. “Jika itu terjadi, kami diminta cepat menutup,” kata Yoso di Trenggalek, Kamis (24/2).

Kepala Pusat Vulkanologi Surono kepada Yoso mengatakan retakan tanah tersebut bisa berbahaya jika kemasukan air dalam jumlah besar. Pada kondisi cuaca yang memiliki intensitas hujan berskala besar seperti sekarang ini cukup berbahaya pada retakan. Air yang masuk ke dalam tanah akan memicu rapuhnya tekstur tanah hingga menyebabkan longsor. “Ini berbahaya karena kawasan kami banyak memiliki dataran tinggi,” kata Yoso.

Untuk itu pemerintah daerah setempat telah mengirimkan peringatan waspada kepada masyarakat untuk mengawasi daerah sekitar. Setiap desa diminta menyiapkan tanah liat untuk menambal retakan yang muncul. Sebab hanya material tanah liat yang bisa merekatkan dan mengisi retakan tanah yang muncul dari perut bumi. Namun hingga sekarang Pemerintah Kabupaten Trenggalek belum menerima laporan retakan yang dimaksud.

Retakan tanah dan dentuman misterius terjadi di Ponorogo dan Trenggalek Jawa Timur dalam beberapa pekan terakhir. Di Ponorogo sejumlah warga di empat kecamatan: Pulo, Ngebel, Soka, dan Pulung, melaporkan mendengar dentuman keras dari dalam tanah. Sedangkan di Trenggalek dentuman terjadi diempat kecamatan: Munjungan, Watulimo, Kampak, dan Dongko.

Menurut Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badab Geologi, Surono, dentuman dan retakkan tanah di wilayah itu akibat gerakan tanah lambat atau rayapan. Kata dia, retakan dan dentuman itu akan berhenti ketika ada keseimbangan baru.

Siang ini lima petugas Pusat Vulkanologi Bandung masih memasang alat pendeteksi gempa di empat titik. Peralatan dipasang di Desa Timahan (Kecamatan Kampak), Desa Pringapus (Kecamatan Dongko), Desa Boto Putih (Kecamatan Bendungan), dan Desa Dukuh (Kecamatan Watulimo).

Pemasangan alat di Desa Boto Putih dilakukan di kaki Gunung Wilis. Pemasangan alat di Desa Dukuh Kecamatan Watulimo dilakukan di kawasan selatan yang berdekatan dengan wilayah pantai. “Jika Sabtu besok belum ada hasilnya, penelitian akan terus dilakukan hingga pekan depan,” kaya Yoso.

Hari Tri Wasono/Tempo Interaktif

3 Komentar Pembaca

  1. Apa dentuman itu bukan dari para penyelidik tambang emas, Arc,
    Kok justeru tempat kecamatan tersebut yang juga disebut sebut sedang diadakan observasi tanag bebatuan yang diduga ada kandungan emasnya cukup tinggi.
    Diberita kompas malahan telah ditulis bahwa di Pule telah diketahui tanah dan bebatuannya mengandung mineral emas dan perak yang cukup tinggi dibandingkan dengan empat kecamatan lainnya yang hanya mengadung emas 0,5 gr/ton, atau 5 ppm.
    Jadi percuma saja Badan metrologi menyelidiki gunung Willis, Wong gunung Wilis gak nyapo nyapo kok……

  2. Harap hati-hati terhadap proyek tambang emas itu, mereka dengan menggunakan segala cara walaupun masyarakat harus menjadi korban. contoh lumpur lapindo berapa juta orang yang menjadi korban “hidup segan mati tak mau” atau sekarat

  3. Tenang ojo kawatir perusahaan sing arep nambang ngak sembarangan.pasti ne ada sertivikat jadi kita harus ikut bergabung jangan jadi pecundang ayo kita jadi bagian pemain jangan cuma nonton.

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim