Mampu Ekspor ke Filipina, Impor Jagung Distop

Panen jagung. foto:istimewa

Angin cukup segar datang dari Kementerian Pertanian RI. Meski perlu ditelisik lagi apakah angin segar tersebut cukup menyegarkan bagi para petani di Jawa Timur minimal Pemerintah Pusat sudah memutuskan untuk menyetop sementara impor jagung yang dipakai untuk pakan ternak.

Kalaupun dibutuhkan impor, hanya Perum Bulog yang mendapat wewenang untuk melakukannya.

Direktur Jenderal (Drjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) Muladno Basar mengeaskan, akan ada aturan impor jagung termasuk untuk pakan ternak.

Penyetopan ini akan dilakukan sampai situasi betul-betul kondusif. Lalu nantinya, BUMN yaitu Bulog yang akan dimintai untuk mengimpor jagung.

Kebijakan penghentian impor jagung ini alasannya karena saat ini produksi jagung Indonesia berlimpah bahkan bisa ekspor jagung ke Filipina.

Payung penghentian impor jagung akan ditetapkan melalui Instruksi Presiden. Pemerintah juga perlu melakukan verifikasi ketersediaan jagung nasional sebelum memutuskan membuka kembali keran impor jagung. Sebab, selama ini pemerintah merasa Indonesia terus melakukan impor jagung tanpa memerhatikan ketersediaan produksi jagung lokal.

Penghentian impor jagung ini juga berlaku bagi perusahaan yang kontraknya masih berjalan. Dampak terdekat dari kebijakan tersebut yaitu pasokan jagung impor yang sudah merapat di pelabuhan masuk maka akan ada perlakuan khusus.

Dijelaskan, sejauh ini pengusaha pakan ternak merupakan pembeli berkapasitas besar. Impor jagung selama ini mencapai 3 juta ton per tahun berasal dari 14 negara. Artinya dari dulu pasar sebetulnya sudah menganga. Iklim cocok, petani mampu, lahan ada, kenapa sampai saat ini enggak bisa produksi sendiri.

Selama ini Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) merupakan pengguna jagung impor terbesar. Jagung-jagung impor dipakai untuk bahan baku pakan ternak. Masalahnya, transport impor jagung dari Argentina lebih murah ketimbang mendatangkan dari Provinsi NTT. Pengiriman lokal itu sedikit-sedikit jadi mahal..

Sebagai ilustrasi, selama ini dalam 10 tahun Indonesia terlena dengan ketergantungan pangan dari negara lain, termasuk jagung impor. Pasar jagung di dalam negeri rata-rata mencapai 8 juta ton per tahun, baru 60 persen atau 5 juta yang dipenuhi dari dalam negeri sementara 3 juta lainnya harus impor. Bahkan Indonesia bisa mengekspor jagung ke beberapa negara seperti Filipina.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung di dalam negeri mencapai 20,67 juta ton pipilan kering jagung. Angka ini tercatat meningkat sekitar 1,66 juta ton atau setara 8,72% dari produksi jagung 2014 yang hanya sebanyak 19,01 juta ton pipilan kering.‎

Hal ini karena luas panen untuk jagung tahun 2015 bertambah diperkirakan hingga menjadi 160.480 hektar atau bertumbuh 4,18%. Sementara, produktivitas diperkirakan naik 2,16 kwintal per hektar atau naik 4,36%.

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim