Akhir Tahun Impor Beras Bakal Tak Terbendung

Ketentuan pupuk bersubsidi. foto:widi

Diperkirakan, akhir tahun ini bakal terjadi impor beras. Tak tanggung-tanggung jumlahnya bisa mencapai 2 juta ton. Perkiraan impor beras tersebut menyusul pasokan pupuk bersubsidi pasokannya berkurang drastis. Kebutuhan pupuk subsidi tahun 2014 mencapai 9,55 juta ton, namun hanya mampu dipenuhi sebesar 7,778 juta ton. “Ini jelas mengakibatkan produksi pangan terganggu,” cetus Winarno Tohir Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA).

Menurut dia, produksi pangan terganggu akibat kurangnya pasokan pupuk bersubsidi dari pemerintah. Kekurangan pupuk saat ini telah terjadi dimana-mana. Kebutuhan pupuk tahun ini diperkirakan mencapai 9,2 juta ton, namun yang mampu dipenuhi oleh pemerintah hanya 7,8 juta ton.

Tidak terpenuhinya pasokan pupuk lantaran anggaran pupuk bersubsidi tetap. Sedangkan harga pupuk naik. Jadi kekurangannya sebanyak 1,8 juta ton.

Dia menambahkan, langkanya pupuk di lapangan itu sulit diantisipasi petani. Menggunakan pupuk organik itu juga susah, karena yang diperlukan adalah unsur makro yakni N dan P, sementara pupuk organik hanya mampu memenuhi unsur mikronya saja.

“Oleh karena itu, pemerintah musti meningkatkan alokasi anggaran pupuk subsidi dan harga eceran tertinggi (HET) pupuk dinaikkan juga untuk mengantisipasi kelangkaan pupuk,” ujar Winarno.

Gudang pupuk milik KUD Makmur di Kabupaten Magetan. foto:widi

Biaya produksi dari pupuk cukup besar sekitar 40 persen. Ditambah ongkos tenaga kerja dan obat-obatan. Ini bakal berdampak pada penurunan produksi pangan. Apalagi target Kementerian Pertanian (Kementan) untuk mencapai produksi padi 76 juta ton gabah kering giling (GKG) tahun 2014 sulit tercapai.

Dia memperkirakan, tahun ini produksi mencapai 70 juta ton GKG itu sudah bagus. Tak tercapainya target itu, akibat pengadaan benih terlambat, langkanya pupuk, dan hama penyakit. Sekarang hama wereng dan tikus sudah terjadi di beberapa daerah sentra padi. Iklim juga berpengaruh sangat besar terhadap produksi dibandingkan benih maupun pupuk.

Produksi beras diprediksi menyusut sekitar 2 juta ton. Ini dapat membahayakan ketahanan pangan. Bahkan Indonesia bisa impor beras lagi di tahun ini karena tidak mampu memenuhi kebutuhan beras nasional.

Kementan sudah mengeluarkan varietas padi tahan kekeringan dan tahan genangan. Namun katanya, itu sulit ditemui oleh petani di lapangan. Sekarang yang dibutuhkan petani adalah pupuk, benih, air, pestisida, penyuluh pertanian, modal dan pemasaran. (*/agm)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim