Dorong Insentif dan Kebijakan Harga untuk Petani

Panen kedelai. foto:dok ant

Bulan Juli Harga Kedelai Bisa Menyulitkan Perajin Tempe dan Tahu

Himpunan Perajin Tahu Indonesia (Hipertindo) memperkirakan kebutuhan konsumsi kedelai masih sangat tinggi. Tingginya kebutuhan ini tentu bakal memproyeksikan tren kenaikan harga kedelai. Setiap tahunnya rata-rata kenaikan harga kedelai di pasar internasional bisa mencapai Rp 500 per kg-Rp 1.000 per kg.

Diprediksikan kenaikan itu akan terjadi di bulan Juli mendatang. Saat itu harga kedelai akan melambung tinggi. Akan mampu menembus Rp 10.000 per kg. Kenaikan harga tersebut juga bisa dipicu karena pembaruan kontrak pembelian yang terjadi setiap bulan Juni.

Sekretaris Jenderal Hipertindo, Johanda Fadil menuturkan, kebutuhan kedelai untuk perajin tempe dan tahu setiap bulannya mencapai 132.000 ton atau 1,6 juta ton per tahun. Dengan perhitungan impor yang mampu direalisasikan pada tahun ini, maka Gakoptindo hanya menguasai kurang dari 2% dari kebutuhan kedelai bagi perajin tempe dan tahu.

Menurut Johanda Fadil, sebelumnya, untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai, produksi perlu didorong dengan cara memberikan insentif melalui kebijakan harga di tingkat petani. Dengan begitu, para petani akan terdorong untuk menanam kedelai sehingga produksi kedelai diharapkan akan ada peningkatan.

Namun, cuaca buruk yang terjadi di Indonesia juga mengganggu produksi kedelai nasional. Jika produksi pada 2013 hanya sanggup mencapai angka 807 ribu ton dari total kebutuhan 2,1 juta ton. Artinya, jika pada 2013 sebanyak 1,2 juta ton masih impor dari pelbagai negara dan tahun ini diprediksi impor masih tetap diandalkan untuk penuhi kebutuhan konsumsi masyarakat.

Sementara itu Ketua Dewan Hortikultura Nasional (DHN), Benny Kusbini, mengatakan keran impor kedelai berpeluang untuk dibuka lebar-lebar karena produksi lokal terganggu cuaca buruk. Namun, areal tanam kedelai yang meningkat maka produksi kedelai nasional ditargetkan sebesar 1,5 juta ton

Menurut dia, beberapa daerah utamanya di belahan Indonesia Timur terkendala dengan cuaca, sehingga petani masih kesulitan melakukan proses pengeringan kedelai. Kini, pihaknya masih menunggu laporan lebih detail mengenai berapa volume kedelai yang mengalami hambatan proses pengeringan, dimana saja sebarannya, dan berapa potensi kegagalan akibat cuaca buruk tersebut. (*/kmf)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim