Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, menegaskan, tahun 2014 Jatim diproyeksikan untuk dapat menguasai 50 persen atau separuh pasar di Indonesia. Caranya, memperkuat perwakilan dagang, memperkuat UMKM, Jamkrida, dan meminta masyarakat petani tidak menjual bahan baku mentah. Bahan baku mentah yang siap jual harus diolah sendiri menjadi bahan produksi.
Di tahun ini pula akan ada larangan ekspor bahan baku mentah. “Oleh karenanya kami akan menyiapkan lahan untuk pabrik pengolahan bahan baku. Jatim akan menjadi generator perekonomian di Indonesia, karena itu saya meminta kepala SKPD untuk mempermudah perijinannya,” tegasnya.
Tahun 2013, dengan mendirikan 26 perwakilan dagang, nilai uang keluar masuk yang didapat Rp900 triliun. Nilai barang yang masuk ke Jatim senilai Rp 400 triliun, sementara barang yang keluar dari Jatim senilai 500 triliun. “Pola perdagangan ini sangat menguntungkan bagi Jatim,” ujar Gubernur.
Soekarwo mengajak seluruh masyarakat bersama pemerintah untuk membangun Jatim. “Di tahun 2014 ini, saya ajak seluruh masyarakat bersama pemerintah ikut membangun Jatim menjadi lebih baik lagi. Untuk sektor yang sudah mencapai keberhasilan, harus dipertahankan.”
Naik perdagangan antarpulau ini, menurut Pakde, faktor stabilitas dan keamanan menjadi penentu keberhasilan meningkatkanya perekonomian di Jatim. Unsur TNI dan Polri menjadi kunci penentunya. “Apabila distribusi barang terganggu maka akan mempengaruhi harga menjadi naik. Oleh karenanya dibutuhkan peran TNI dan Polri dalam menjaga stabilitas keamanan wilayah,” imbuhnya.
Untuk mendukung kesuksesan menjadikan Jatim lebih baik, tidak hanya kerjasama dalam bidang keamanan saja, tetapi membutuhkan peran kerjasama dari lembaga tekhnis daerah seperti KONI, Ormas, Parpol maupun PMI. Oleh karena itu Pakde Karwo meminta SKPD (Satuan Kerja Perangkat daerah) di lingkungan Pemprov Jatim juga bersinergi dengan lembaga teknis daerah tersebut. (*/idi)