Bukan Mustahil Mengamputasi “Bank Thithil”

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, dalam berbagai kesempatan selalu penuh semangat jika berbicara kiat memerangi beroperasinya bank thithil di Jatim. Menurut gubernur bank thithil selalu baik hati kepada siapa saja.

Swalayan untuk menampung produk anggota yang lepas dari bank thithil

Tetapi di balik itu ia mampu mencekik siapa saja yang pernah berhubungan dengannya. Mencekiknya dalam bentuk bunga pinjaman sangat tinggi. “Itu sebenarnya praktik rentenir, itu tidak boleh terjadi untuk rakyat Jatim,” tegasnya di berbagai kesempatan.

Praktik bank thithil yang masih marak di Jatim itu terus menerus dicoba dikikis. Seiring dengan itu Jatim pun banyak melahirkan kebijakan yang menghadang laju beroperasinya bank thithil tersebut. Di antaranya melahirkan Bank UMKM, pembentukan Kopwan satu desa satu Kopwan, dll.

Jika pemerintah daerah yang diwakili dengan produk kebijakan mencoba mengamputasi bang yang selalu baik hati itu, terdapat aksi nyata yang dilakukan masyarakat terkait rentenir yang berkedok simpan pinjam dan sejenisnya.

Di Kabupaten Sumenep terdapat NU Gapura namanya. Mulanya ia hanya sekelompok anak muda yang prihatin dengan beroperasinya bank thithil di Desa Gapura Tengah, Sumenep, Madura. Masyarakat yang mayoritas bekerja di kebun dan budidaya rumput laut bukannya tertolong oleh pinjaman yang diberikan tetapi malah megap-megap dalam kesehariannya.

Para muda itu kemudian urunan dan terkumpul uang 400 ribu rupiah. Delapan tahun kemudian modal itu beranak-pinak menjadi lebih dari 5 miliar rupiah. Seperti kisah dalam lakon superhero, Desa Gapura pun selamat dari bank thithil. Para rentenir juga kehilangan ruang untuk beroperasi.

Desa Gapura Tengah berada di Kecamatan Gapura, Kabupaten Sumenep, Madura. Salah satu desa miskin di Sumenep. Sebagian besar masyarakatnya adalah berladang dan bersawah tadah hujan. Sebagian lainnya adalah nelayan, pembudidaya rumput laut, dan pedagang pasar. Ada juga yang menjadi perajin tikar, genting, dan pembuat kue namun jumlahnya tidak terlalu banyak.

Selain sudah kenyang didera kemiskinan, bank thithil dan rentenir juga terlalu dalam mencekik mata rantai perekonomian. Jadi mau tak mau warga miskin akan selalu terkoneksi dengan mereka. Untuk memecah kebuntuan yang begitu mengakar ini tiada pilihan lain buat Masyudi – Ketua NU Gapura – dan kawan-kawannya membuat terobosan-terobosan berani.

Modal gurem yang mereka kumpulkan diputar sedemikian rupa untuk menutup hutang-hutang beberapa warga di bank thithil. Sebagai imbal balik warga yang sudah ditutup hutangnya hanya diminta membayar jasa/bunga seikhlasnya. Kontan terobosan nekat ini dengan cepat menyebar dari mulut ke mulut. Ia berhasil merebut hati masyarakat. NU Gapura pun akhirnya malih rupan menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) yang bernama BMT NU Gapura.

Kabar itu pun menyebar makin luas melintas batas-batas desa. Kini warga 9 Kecamatan di Sumenep yang sudah terbiasa dikenakan bunga tinggi oleh para bank thithil dan rentenir berbondong-bondong mendaftar menjadi anggota KJKS yang berkantor pusat di Gedung MWC NU Gapura di Jalan Raya Gapura, Desa Gapura Tengah Sumenep.

Menurut Masyudi, modal 400 ribu rupiah sebenarnya tak berarti apa-apa pada saat itu. Apalagi penetrasi bank thithil begitu dalamnya menyentuh kehidupan masyarakat Gapura. Tentu saja dalam waktu singkat modal itu sudah habis. Tak ada pilihan lain kecuali bergerak meminta dukungan dari para tokoh masyarakat dan para kiai untuk mendukung semangat pengentasan kemiskinan ini.

“Semangat yang kita tunjukkan itu membawa hasil pada akhirnya, dan kita mendapat suntikan modal yang bisa diputar lagi untuk melanjutkan rintisan perjuangan yang sudah kita mulai. Tapi rupanya meski suntikan modal amat kita butuhkan ternyata masalah modal bukan faktor segala-galanya. Sebab berapapun modal yang kita kucurkan ke masyarakat akan terserap dengan cepat dan habis. Sementara tingkat pengembalian yang kita harapkan dapat berputar dengan cepat pula ternyata tidak mudah untuk diwujudkan,” kata Masyudi.

Masyudi, Ketua NU Gapura

Dua tahun berjalan sejak beridirinya 1 Juni 2004, BMT NU Gapura masih berkutat dengan kebiasaan masyarakat yang sulit untuk diubah. Kebiasaan berhutang dan berhutang lagi meski hutang yang pertama belum mampu melunasi membuat NU Gapura tidak mampu tumbuh dengan normal.

Kepercayaan masyarakat menunjukkan perkembangan positif setelah Masyudi membuat terobosan bunga pinjaman seikhlasnya. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari pergerakan jumlah anggotanya. Di Tahun 2010 tahu-tahu anggota sudah membengkak menjadi 615 anggota, jumlah penabung 1114 orang dan peminjam 5426 orang.

Ketika anggota sudah makin banyak, NU Gapura melibatkan pihak ke-3 untuk menyuntik permodalan. BNI Syariah Surabaya, BRI Syariah Surabaya, Bank Jatim Syariah Surabaya, LPDB, dan APBD Jawa Timur terkoneksi sebagai mitra. Jika ditotal omzet yang berputar sekarang mencapai 5,2 miliar. “Angka sebesar itu sebenarnya adalah proyeksi di tahun 2015 namun sudah tercapai di tahun 2012,” terang Masyudi.

Melihat perkembangan yang signifikan tersebut, tak salah jika Masyudi membuka 5 kantor cabang dan 2 kantor kas. Jumlah karyawan pun juga menyesuaikan, dari 13 orang menjadi 32 orang. Ia bahkan memproyeksikan untuk Sumenep idealnya memiliki 16 kantor cabang, dan ini akan diwujudkan di tahun 2015. Di tahun itu pula juga diproyeksikan untuk ekspansi ke luar kabupaten Sumenep.

“Dua kabupaten sudah diincar, bahkan sekarang sedang dilakukan analisa potensi. Dana pihak ketiga yang kita kelola saat itu mencapai 2 miliar rupiah. Sisanya, yang 3,2 miliar adalah asset milik anggota. Proyeksi kita sebenarnya tidak hanya membuka kantor cabang baik di Sumenep maupun di seluruh Madura, tetapi juga memiliki SDM-SDM yang andal dan mempunyai kompetensi tinggi untuk mengentas kemiskinan.”

Masih menurut Masyudi, pihak juga tiada henti menjalin kerjasama dengan Balatkop Provinsi Jatim di Malang. Tujuannya adalah untuk peningkatan mutu SDM. Proyeksi lain yang harus segera diwujudkan adalah membuat pusat kulakan atau grosir sembako. Ini berfungsi untuk menampung hasil produksi binaan-binaan yang menjadi anggota, baik dari kopwan, UKM-UKM yang sudah terentas dari jerat si abank thithil. (widi kamidi)

Komentar Pembaca

  1. Salam Sukses Bos,

    Bagi rekan rekan yang membutuhkan jasa pembuatan Software wajib baca ini….

    PT. Metalogic Informatika adalah usaha di bidang Konsultan Komputer, Maintenance Komputer, Service dan Reparasi Komputer, dll yang berhubungan dengan komputer. Kami menerima jasa panggilan ke perbankan,kantor asuransi,perkantoran,sekolah, kampus,pabrik,toko dan intitusi lainnya yang berhubungan dengan komputer.

    Kami juga menyediakan pengadaan laptop, komputer ke perkantoran,sekolah,kantor asuransi ,kampus,Pemda,toko dan institusi lainnya dan kami juga memasok berbagai macam kebutuhan komputer baik itu partai besar / partai kecil dengan harga kompetitif dan sangat menarik.

    Kami melayani pemesanan dan pengiriman dari Jabodetabek dan Seluruh Propinsi di Indonesia.

    Di Cari Reseller di tiap propinsi se Indonesia

    Untuk Info lebih lanjut Hub :

    Herry HP 081808848274
    021 5324790 92 atau klik http://www.metalogic.co.id

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim