Kopiah ala Cheng Hoo, Kiat untuk Memenangkan Persaingan Pasar

Musim haji datang lagi. Malah tinggal beberapa hari lagi ritual haji sudah dilangsungkan oleh umat Islam sedunia. Seiring dengan datangnya musim haji pernak-pernik terkait ibadah tersebut selalu diburu orang. Kopiah atau songkok adalah salah satunya.

Pengrajin peci gresik bersama produknya

Di dunia perkopiahan terdapat dua model populer yang sangat dikenal masyarakat, yaitu model kopiah beludru dan kopiah haji. Keduanya, masing-masing, punya pasar sendiri. Punya peminat sendiri. Hanya belakangan peminat kopiah beludru seolah tergeser oleh oleh peminat kopiah haji. Bisa jadi, karena sekarang naik haji makin sulit, karena daftar antrian berhaji juga makin panjang, orang lebih suka mengenakan kopiah haji. Sebab, ada anggapan, dengan berkopiah haji, si pemakai kopiah acap kali dianggap sudah pergi haji ke tanah suci.

Kendati omsetnya bisa dikatakan menurun, pelaku industri skala kecil bidang produksi kopiah berbahan baku kain beludru di Kabupaten Gresik tidak lantas menyerah begitu saja. Malah mereka optimis masih memiliki prospek cerah seperti tahun-tahun haji sebelumnya. Sebab, masyarakat masih menggandrungi kopiah hitam itu yang lebih cocok dipakai dalam acara resmi, di instansi pemerintah, maupun hajatan keluarga. Kopiah hitam dari beludru itu juga masih diakui sebagai songkok nasional.

Untuk mengatasi persaingan yang nyata itu, perajin kopiah beludru memiliki kiat jitu mengatasi kualitas produknya. Di antaranya memanfaatkan kain warna-warni dan memadukannya dengan artistik bordir. Bentuknya juga dibuat lain, dibuat praktis yaitu bisa dilipat dan dapat dimasukkan saku. Ini keunggulan tersendiri kopiah beludru dibandingkan kopiah beludru konvensional yang tidak dapat ditekuk atau

Apa yang dilakukan para perajin kopiah untuk mempertahankan pasar didasari dengan inovasi serta penetrasi pasar memang harus dilakukan. Mereka tak ingin usaha yang telah digeluti sejak lama itu gulung tikar begitu saja tanpa perlawanan.

Ubaidillah, 28 tahun, jebolan IAIN Sunan Ampel Surabaya yang juga pemilik usaha pembuatan kopiah dengan bendera BMH (Bunga Matahari) mengatakan, produk kopiah miliknya selain model polos atau konvensional juga dipercantik dengan aneka asesori di setiap sisi maupun bagian atasnya.

“Selama pemerintah masih menetapkan songkok hitam sebagai songkok nasional, maka songkok begini masih laku kendati songkok putih merajalela di pasaran,” ungkapnya sembari menyebut Kota Malang, Jombang, Mojokerto, Surabaya, Aceh, Padang, Riau adalah pasar paling potensialnya.

Kopiah Cheng Hoo

Untuk mengikuti trend, Ubaidillah bersama 15 orang karyawannya dalam beberapa tahun terakhir menciptakan desain produk kopiah model Cheng Hoo. Seorang laksamana asal China yang memimpin ekspedisi laut ke berbagai negara termasuk Indonesia. Laksamana yang beragama Islam itu juga memiliki beberapa peninggalan di Jatim dan untuk mengenangnya juga didirikan mesjid Cheng Hoo di Surabaya dan Pandaan Pasuruan.

Nama besar Cheng Hoo yang popular itu dimanfaatkan Ubaidillah dengan menciptakan desain kopiah. Bentuknya berbeda dengan songkok nasional, kopiah Cheng Hoo berbentuk bundar dan bagian tengahnya ada tonjolan ke atas. Produk tersebut dilengkapi dengan asesori sablon agar menarik.

Peci yang siap jual

“Anak muda banyak yang menyukainya, termasuk yang memiliki kegemaran bermain musik. Kami menjual dengan harga 60.000-70.000 ribu rupiah per buah,” ujarnya seraya menunjukkan satu produk yang dibubuhi tulisan Slank.

Harga songkok Cheng Hoo sedikit lebih mahal dibandingkan songkok biasa yang berkisar 35.000–40.000/buah. Produk yang dipakai untuk aneka keperluan itu mencakup sholat, hajadan maupun acara lainnya diberi merk dagang Gemma, Windu Mas dan BMH.

Menurut Ubaidillah, volume produksinya dalam sebulan mencapai 500 buah untuk motif songkok biasa. Maklum pembuatan songkok untuk bagian pekerjaan tertentu dikerjakan dengan tangan agar lebih indah.

Untuk memperlancar pemasarannya, Ubaidillah mengaku menawarkan ke pasar-pasar tradisional maupun toko-toko di berbagai daerah. “Yang jelas, kami harus gesit menerobos pasar agar tidak kalah bersaing,” paparnya.

Dalam menjalin kerja sama dengan mitra bisnis, dia melakukan negosiasi harga sesuai kualitas produk. Demikian pula sistem pembayarannya dirembug menyangkut temponya berapa bulan.

Dalam memperluas pasar, Ubaidillah mendapatkan fasilitasi dari PT Petrokimia Gresik (Petrogres) yakni diikutkan dalam pameran agar bisa mendapatkan mitra baru maupun pembeli langsung. BUMN industri pupuk di Gresik itu juga memfasilitasi pinjaman modal bunga lunak sebesasr 6% per tahun.

“Kami telah mendapatkan kucuran dana dua kali dari Petrokimia Gresik yakni 25 juta dan 20 juta masing-masing dikembalikan dalam jangka 2 tahun. Dana itu cukup membantu usaha kami,” ungkap Ubaidillah.

Dengan kegesitan di bidang akses permodalan maupun pemasaran, sekaligus berinovasi berupa menciptakan desain baru sesuai tren, maka usaha kecil di bidang produksi songkok di Gresik agaknya masih bisa eksis.

(Laporan Rizky W dan M. Cahya/ Fotografer Rizky P)

3 Komentar Pembaca

  1. ko kopiah ada logo slank nya ya ?

  2. Saya sangat Kagum Dengan Mas Ubaidillah, Masih Muda Tapi Uda Mampu Mengembangkan Usaha.. kalo boleh Saya Kepingin Tahu alamat Usahanya, Bab Saya Juga Kepingin Jualan songkok

  3. Assalamualaikum mas ubaid, sya dyah cucu mbah mun dari krian.

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim