Berharap Tak Ada Bledek di Kampung Bebek

Umumnya, telur asin dibikin dari telur itik alias bebek. Umumnya pula, telur asin hanya berasa asin. Tapi cobalah melancong ke Kampung Bebek di Desa Kebonsari, Candi, Sidoarjo. Di sana, telur asin bisa ditemui menjadi aneka rasa. Rasa ikan salmon, telur kepiting, udang, dan bawang. Status telur asin menjadi naik,omzetnya pun ikut terdongkrak membubung ke langit.

Istri Sulaiman sedang memroses mentah menjadi telur asin

Sulaiman nama lelaki ini. Perawakan tinggi kurus dan usianya menginjak 55 tahun. Suaranya kecil melengking, diselipi tutur bahasa Jawa Timur-an yang sederhana dan khas. Kelihatannya ia jarang tertawa, sehingga kesannya nampak sebagai lelaki yang dingin. Tapi jangan salah, cobalah langsung ajak bicara soal bebek dan telur asin, berapa juga jumlah pesanan telur asin yang harus segera di-packing, maka anggapan Sulaiman sebagai lelaki yang dingin itu seketika akan sirna. Sembari menyiapkan telur-telur asin itu Sulaiman akan nyerocos dengan keramahan yang luar biasa.

Sulaiman di kandang bebeknya

Dengan enteng pula Sulaiman akan bercerita soal bebek dan telur asin berikut kampungnya yang dijadikan desa wisata sekaligus sentra penghasil telur bebek yang tiada duanya di Jawa Timur. Seperti siang itu misalnya, tiga orang dosen PTN dari Kampus Trunojoyo Madura datang berkunjung dan berharap bisa menitipkan mahasiswanya untuk magang kewirausahaan, tak luput dari cerita bebek dan telur asin aneka rasa yang digelutinya tak kurang dari 25 tahun terakhir tersebut.

Sambil sibuk menata telur-telur asin yang dibungkus aluminum foil warna perak dan keemasan pesanan Sakiena Shahab untuk buah tangan para koleganya, Sulaiman lantas bercerita: bahwa gagasan membuat telur asin aneka rasa itu sebenarnya “nembak” dari Brebes, Jawa Tengah. Saat itu, katanya, di sana ada telur asin bakar. Meski belum pernah bertandang ke Brebes dan hanya dengan bekal kabar angin, Sulaiman pun segera mencoba bereksperimen. “Ternyata tidak sulit, hanya dengan menaruh telur asin ke dalam oven di suhu tertentu lalu menungguinya beberapa jam, maka jadilah telur bebek yang sudah diperam asin itu menjadi telur bakar,” katanya polos dan mengudang senyum.

Telur yang rentan pecah jika hanya dijual mentah.

Keberhasilan eksperimen itu ternyata membawa dampak terhadap omzet penjualan telur asin yang memang sudah sejak lama digeluti Sulaiman. Pasalnya, orang Jawa Timur saat itu hanya mengenal telur asin nyel atau telur asin yang original. Maka setelah ada yang model telur asin bakar, omzetnya pun segera melonjak hingga seratus persen. Keberhasilan eksperimen ini sesungguhnya adalah awal dari pemecahan masalah yang dihadapi Sulaiman terhadap produksi telur bebeknya. Telur yang selama ini sebagian besar dijual mentah ke pasar-pasar acap kali bentes alias pecah saat pengiriman. Sementara kerugian jelas ada di pihak Sulaiman. Besarnya jumlah telur yang cacat jual ini mau tak mau memusingkan Sulaiman dan 37 kelompok peternak bebek lain di Desa Kebonsari, karena sudah pasti mengurangi keuntungan yang sesungguhnya sudah amat tipis itu.

Melonjaknya omzet telur asin dengan tambahan kreativitas itu merangsang Sulaiman mencoba eksperimen yang lain. Maka ketemulah “formula” telur asin rasa ikan salmon, rasa telur kepiting, rasa udang, dan rasa bawang. “Ini yang paling laris di pasaran. Tidak hanya di Jawa Timur, tapi juga laris di Jakarta, Kalimantan, Sumatera, Riau, Ambon, dan Papua. Kita jarang melayani pengiriman jarak jauh justru orang-orang dari jauh itu yang datang ke Kebonsari untuk kulakan atau hanya sekadar untuk oleh-oleh,” kata Sulaiman seperti sedang mengajak telur-telur asin itu bicara.

Sulaiman juga menjamin, telur asin produksi “Adon Jaya” – brand yang dipakainya – sama sekali tidak memakai bahan kimia atau disuntik dengan zat tertentu agar menghasilkan aneka rasa. Rasa ikan salmon, kepiting, udang dan yang lainnya itu didapat dari pakan bebek itu sendiri. Jika pakan yang diberikan berkualitas maka telur yang dihasilkan akan mengikuti kualitas pakan. Ditambah dengan pemrosesan yang benar maka jadilah telur asin aneka rasa itu tanpa secuilpun bahan yang membahayakan pengonsumsinya.

Untuk menghasilkan telur asin rasa udang misalnya, bebek harus diberi pakan udang dan kupang (hewan laut kecil-kecil berwarna hitam). Begitu juga untuk menghasilkan rasa kepiting dan ikan salmon, pakan bebek tetap sama hanya cara pemrosesan telur asin mentah ke matang yang berbeda. Untuk rasa ikan salmon misalnya, telur yang sudah asin digoreng dalam minyak goreng dengan suhu tertentu. Telur asin mentah digoreng berikut cangkang telurnya. Maka setelah matang sensasi ikan salmon akan muncul dengan sendirinya di sana. Untuk rasa udang dan kepiting, telur perlu dioven selama 6-7 jam. Sementara yang model telur asin bakar memerlukan waktu 12 jam untuk mengasapi. “Semuanya dengan proses yang khusus,” katanya lagi.

Lantaran Sidoarjo berada di dekat laut, maka Sulaiman tidak kesulitan untuk mendapatkan pakan bebek bernutrisi tinggi. Kupang bisa didapatkan bekerjasama dengan nelayan, sementara udang dibeli dari pabrik-pabrik kerupuk dan eksportir udang yang membuang kepala udangnya. Minimal, dalam sehari, satu kwintal kupang dan kepala udang dibutuhkan untuk nutrisi 2000 bebek miliknya. Harga kupang dari nelayan Rp 500/kg sedang kepala udang Rp 1300/kg. Itupun masih ditambah dengan berbagai limbah pabrik berbentuk sosis dan tempura yang banyak memakai bahan dari ikan. Dengan pakan yang sedikit menggunakan campuran dedak, maka telur produksi Sulaiman berbeda dengan telur bebek dari wilayah lain. Telur tampak lebih besar, warna cangkang lebih biru, dan kuning telur juga akan lebih besar berwarna kemerahan.

Sulaiman kini bukan penggembala bebek seperti di tahun 1987. Juga bukan peternak bebek biasa seperti tahun 90-an. Kini ia menjadi juragan telur asin aneka rasa yang namanya paling moncer di Sidoarjo, Jawa Timur. Dulu ia hanya punya bebek 250 ekor. Modalnya hanya 4 juta. Kini ia punya 2000 ekor bebek dan akan bertambah terus jika ada pihak-pihak yang menggelontorkan pinjaman dengan jasa yang lebih murah dari yang selama ini ia dapatkan, sementara keuntungan bersihnya per hari juga tak kurang dari 9 juta rupiah.

Telur yang dulu hanya dijual mentah di pasar-pasar dan rawan bentes hingga memangkas keuntungan, kini telur itu menjadi buah tangan bergengsi dan banyak dipajang diberbagai pusat oleh-oleh dengan harga hemmm… tinggi. Padahal di rumah Sulaiman yang sangat berbau bebek itu, telur asin rasa original hanya Rp 2000/butir dan Rp 2200/butir untuk yang bersensasi rasa. Meski kini sudah menanjak menjadi juragan besar Sulaiman tetap takut pada satu hal, yaitu petir alias bledek! Bukan takut disambar bledek-nya melainkan kalau ada bledek menggelegar 2000 ekor bebeknya akan stress dan mogok bertelur. Ini lebih menakutkan karena produksi telur jelas akan merosot. (widi kamidi)

9 Komentar Pembaca

  1. Pak Sulaiman ini termasuk orang yang bisa di bilang kreatif dan ulet dalam melakuhan bisnis usahanya karena dia telah menemukan formula dengan farian berbagai macam rasa sehingga menghasilkan dampak yang positif bagi penghasilan Pak Sulaiman

  2. sip itu,,,,perlu di jiplak,,,,semoga tambah sukses,,,, amin,,,,,

  3. hahahahahahahahaha

    salam keponakan bpk sulaiman

  4. nomor hp bapaknya berapa????

  5. apa boleh tanya nomer hpnya pak sulaiman berapa???
    kalau diperkenan sih

  6. dan penyuplay makanan untuk konsumsi bebek disuplay oleh pak gito dan apa punya nomer hpnya pak gito? berapa????

  7. 5C538D97 saya karyawan pak sulaiman kalu pingin tau tempat nya dan mau berkunjung silakan invit

  8. kreatif banget..ingin melihat langsung proses dan alat apakah bisa? belajar kewirausahaan

  9. pak saya ingin usaha telor asin, apakah saya boleh mnta no hpe bapak…

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim