Ekspor Jatim Tak Terpengaruh Turunnya Nilai Rupiah

Ilustrasi Uang dolar/Rupiah/Penukaran uang. (foto: TEMPO/Imam Sukamto)

Merosotnya nilai tukar Rupiah beberapa pekan ini masih memiliki sisi positif, yaitu terbukanya peluang ekspor. Produk jatim diharapkan mampou memanfaatkan peluang ini.

Dijelaskan Asisten II bidang ekonomi Sekdaprov Jatim, Hadi Prasetyo, Selasa(24/9) merosotnya nilai Rupiah sebenarnya memiliki dampak posisitf yaitu akan ada peningkatan daya saing produk-produk Indonesia. Terutama yang berbahan baku lokal, karena harganya lebih murah.

Ditambahkan pria yang akrab disapa Hadi Pras ini, di Provinsi Jatim melemahnya nilai tukar Rupiah ternyata tak begitu mempengaruhi komoditas ekspor. Dari 10 kelompok barang dengan jumlah ekspor terbesar, setidaknya hanya satu barang yang nilai ekspornya turun dibandingkan sebelum melemahnya nilai tukar rupiah.

Data yang dimiliki Hadi Pras menunjukkan, dari 10 kelompok barang utama, nilai ekspor pada bulan Juli bahkan mencapai 711.690 dollar AS. Angka ini meningkat dibandingkan bulan Juni yang hanya 608.965 dollar AS.

Bahkan jika dilihat periode Januari hingga Juli 2013, 10 kelompok barang telah menghasilkan devisa mencapai 4.277.756 dollar AS, atau meningkat dibandingkan periode yang sama tahun 2012 yang hanya 4.117.162 dollar AS.

Menurut Hadi Pras, dari 10 komoditas ini, setidaknya hanya pada ekspor lemak atau minyak hewan dan nabati yang turun menjadi 78.536 dollar AS pada bulan Juli. Padahal bulan Juni ekspor minyak hewan dan nabati mencapai 137.127 dollar AS.

Meski terus terjadi peningkatan nilai ekspor, Pemprov Jatim tetap akan menjadikan penjualan produk ke dalam negeri sebagai fokus utama. “Jika konsumsi dalam negeri membaik, perekonomian juga akan ikut membaik,” kata dia.

Selain itu, Jatim juga akan lakukan perbaikan penataan struktur industri, serta peningkatan produk sektor primer pertanian. “Perluasan pasar ekspor dan peningkatan kerjasama antar provinsi juga akan kami tingkatkan untuk meningkatkan nilai ekspor kita,” kata dia.

Mengenai pelemahan nilai Rupiah sendiri, Hadi Pras menjelaskan diakibatkan Dana asing yang terlalu banyak di Indonesia. Khususnya ,lanjut hadi Pras, pinjaman jangka pendek (hot money) yang masuk di pasar financial mengakibatkan perekonomian negeri ini sangat rapuh.

Mantan kepala Bappeprov Jatim ini, mengibaratkan dana asing itu adalah lemak jahat yang bisa membuat serangan jantung. Begitu pula dengan dan asing itu keluar, maka perekonomian Indonesia bisa berhenti mendadak.

“Dalam kurun waktu satu tahun terakhir saja, sekitar 50 miliiar US Dollar hot money yang masuk, sejak negari Paman Sam tersebut menggelontorkan dana stimulus yang mencapai 2 triliiun US Dollar,” kata Hadi Prasetyo.

(Sumber: www.harianbhirawa.co.id/iib)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 8871. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim