Eksotisme Jalur Selatan Lumajang

ilustrasi: kaskus.co.id

Bentang alam jalur selatan, antara Kabupaten Lumajang-Malang, Jawa Timur, adalah keindahan eksotis. Melintasi perbukitan di sisi selatan Gunung Semeru, gunung tertinggi di Jawa dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut, seperti mengajak menyusuri wilayah selatan yang naik turun dari ketinggian.

Lokasi tertinggi di sisi selatan Gunung Semeru adalah Piket Nol. Tak ada yang tahu pasti kenapa daerah itu disebut Piket Nol. Namun, menurut kisah sebagian orang, di lokasi itu pada masa penjajahan adalah daerah pemeriksaan hasil bumi oleh aparatur Hindia Belanda. Di lokasi itu ada pos penjagaan, tapi tidak ada penjaganya sehingga disebut piket nol.

Piket Nol berada sekitar 35 kilometer dari pusat kota Lumajang ke arah barat. Lokasi itu diperkirakan berada pada ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dan menjadi lokasi tertinggi di lereng selatan Semeru. Piket Nol berada di Kecamatan Pronojiwo, Lumajang.

Lokasi ini eksotis karena di kanan dan kiri jalan ada hutan tropis yang lebat. Jalan yang berkelok, ditambah udara segar, menjadi keelokan tersendiri. Di sisi kanan ada perbukitan dan di sisi kiri disuguhi hamparan luas sungai yang mengering (besuk sat) dan laut. Keindahan laut selatan pun bisa diintip.

Bakso panas

Hawa sejuk, kadang disertai kabut, menambah eksotisme jalur selatan itu. Untuk mengusir dingin, sekadar menikmati semangkuk bakso panas di Piket Nol adalah pilihan yang tepat. Puluhan warung bakso berjajar di kawasan tersebut. Sambil menikmati keindahan alam, dingin pun terusir dengan bakso panas.

Salama (31), seorang penjual bakso, segera menyalakan kompor dan memanasi kuah bakso saat ada pembeli yang datang. Hawa dingin di Piket Nol dengan cepat membuat kuah bakso yang panas menjadi dingin. Benar saja, tidak sampai lima menit sejak dihidangkan bakso panas pun mulai terasa dingin.

Salama baru beberapa bulan berjualan bakso di Piket Nol. Ia setiap hari berjualan mulai pukul 08.00 hingga petang hari.

Setiap pagi ia dengan diantar suaminya membawa rombong (gerobak) bakso dari rumah mereka yang berjarak sekitar 8 kilometer ke Piket Nol. Pengunjung di lokasi itu paling ramai setiap akhir pekan. Saat itu setidaknya uang Rp 200.000 sehari bisa dikantongi. ”Namun, jika sepi mendapat Rp 50.000 saja sudah bagus,” ujar ibu dua anak itu.

Sore itu hanya Salama yang menjaga warungnya. Di tengah jalur berhutan yang tak selalu ramai tentu butuh keberanian bagi seorang perempuan untuk bisa menjaga warung sendirian dari pagi hingga petang hari.

”Ada tetangga di warung lainnya. Lokasi di sini aman,” ujar Salama. Ia mengakui jalur selatan sudah berubah menjadi lebih baik. Beberapa tahun lalu, jalur itu belum semulus saat ini. Padahal, sejak dahulu jalur itu merupakan poros ekonomi Lumajang-Malang.

Kepala Humas Pemerintah Kabupaten Lumajang Edi Hozaini, menambahkan, potensi Piket Nol untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata memang besar. Daerah itu merupakan jalur alternatif menuju Bali atau kawasan timur lain dari sisi selatan.

”Jalur tersebut memang peninggalan Belanda. Konstruksinya kuat meski ada potensi longsor di kanan kiri karena cuaca. Namun, kekokohan jalur itu sudah teruji karena hingga kini jarang terlihat rusak. Itu sebabnya, jika dijadikan jalur wisata sebagai gerbang wisata masuk ke Lumajang akan baik,” ujarnya.

Namun, saat ini belum ada rencana dari Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk menggarapnya. ”Keinginan ada untuk menjadikannya jalur wisata. Namun, harus bertahap. Saat ini ada beberapa obyek wisata yang sedang digarap di Lumajang,” katanya. kompas.com

Komentar Pembaca

  1. JLS yang pasirian tempursari malang….yang baik lewat pantai selatan , sebagai sarana wisata alam yang indah…..
    semoga cepat selesai

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim