Harga Gula Lokal Terkendali

ilustrasi: kompas.com

Keberadaan gula mentah (raw sugar) impor tidak akan memengaruhi harga gula lokal. Alasannya, seluruh gula yang menggunakan bahan baku tebu petani, umumnya sudah berada di tangan pedagang.

Sekjen Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) Aris Toharisman mengemukakan, dengan gula berada di tangan pedagang, harga lelang pada akhir musim giling diprediksi mengalami kenaikan. “Pedagang akan berusaha mengendalikan harag lelang gula pada periode mendatang karena mereka sudah memiliki stok cukup. Kendati demikian bukan berarti harga lelang otomatis anjlok, justru aman karena ada harga minimum berupa dana talangan,” tutur Aris di Surabaya, Jawa Timur.

Dengan demikian, kata Aris, petani tebu jangan terlalu khawatir dengan masuknya gula impor meski pemerintah menyebutkankan hanya untuk wilayah perbatasan. Pasokan gula impor tidak akan memengaruhi secara siginifikan harga lelang pada akhir muim giling 2012.

Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil mengatakan, pemerintah sebaiknya tidak membabi buta mengimpor gula karena justru akan merusak harga dalam negeri. Hal yang paling penting saat ini, kata dia, Pemerintah Provinsi Jawa Timur membentuk tim independen untuk menepatkan rendemen gula. Selama ini muncul kecemburuan dari petani tebu karena rendemen antara tebu petani dan tebu pabrik gula berselisih dua hingga tiga poin.

“Tidak jelas faktor munculnya perbedaan rendemen antara tebu yang ditanam petani dan pabrik gula. Padahal, dengan rendemen 8 persen dan harga leleng sekitar Rp 9.000, petani belum menikmati keuntungan karena biaya produksi sama dengan harga lelang,” ungkapnya.

Arum mengatakan, memang gula lokal sudah dikuai pedagang, tetapi bukan berarti harga lelang ke depan terjamin. “Yang paling penting bukan pada patokan harga lelang, melainkan bagaimana rendemen ditetapkan oleh tim independen sehingga petani tidak merasa didiskriminasi oleh pabrik gula,” katanya.

Salah satu upaya agar harga lelang tidak anjlok dan petani tidak cemas, menurut Arum, harus dicegah masuknya gula rafinasi impor meski pemerintah melokalisasi di wilayah perbatasan. “Pemerintah diharapkan tidak memberi izin khusus bagi daerah tertentu, seperti Pulau Jawa, untuk mengimpor gula mentah karena harga gula merupakan faktor utama yang memotivasi petani tetap menanam tebu,” tutur Arum. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim