Harga Gula Terjun Bebas

ilustrasi

Laju penurunan harga gula dalam kurun waktu sebulan terakhir cukup mencemaskan petani. Pasalnya, penurunan tersebut dinilai terlalu cepat dan ekstrim.

Kecemasan serupa juga dialami pedagang tebu yang sudah terlanjur beli dari petani dengan perkiraan harga gula tinggi.

“Memang, harga tender masih di atas harga patokan petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp8.100 per kg, namun laju penurunan yang terlalu cepat dan ekstrim, membuat mereka bingung,” ujar General Manager Pemasakan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI, Adig Suwandi di Surabaya, Jumat (21/9/2012).

Isyarat turunnya harga tersebut menurut Adig terlihat dari harga yang terbentuk saat tender 9.017 ton gula milik petani binaan PTPN XI di Surabaya yang dilaksanakan dua hari yang lalu. Saat itu, harga turun pada kisaran Rp9.125 per kilogram hingga Rp9.127 per kilogram untuk gula produksi 15 PG di luar PG Semboro dan Rp. 9.605 untuk gula mutu premium produksi PG Semboro.

Padahal pada tender serupa yang digelar petani pada (5/9/2012) harga yang terbentuk masih dikisaran Rp9.826 hingga Rp9.837 dan Rp10.400 untuk gula produksi PG Semboro.

Sedangkan harga pada tender tanggal (30/8/2012) juga masih tinggi, mencapai sekitar Rp10.260 hingga Rp10.415 dan Rp10.652 untuk PG Semboro dan tender yang digelar pada (14/8/2012) mencapai Rp10.500 hingga Rp10.625 dan Rp10.750 (Semboro).

“Harga tender tertinggi selama giling 2012 terjadi pada tender (13/7/2012) dimana harga yang terbentuk saat itu mencapai Rp11.670 hingga Rp 11.677 dan Rp 11.680 (Semboro),” ujarnya.

Lebih lanjut Adig mengungkapkan, penyebab turunnya harga gula yang terjadi mulai setelah lebaran ini disinyalir akibat distimulasi berkurangnya permintaan. Kejenuhan pasar tersebut terlihat dari masih banyaknya gula yang sudah dibeli pedagang namun masih dititipkan di gudang PG.

“Selain itu kondisi tersebut juga dipicu oleh rendahnya harga gula dunia. Untuk penyerahan Desember 2012 misalnya, harga berada pada kisaran US$ 560 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium),” tegasnya.

Dengan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, petani dan PG berharap pemerintah menjamin tidak adanya rembesan gula rafinasi ke pasar eceran dan diperlakukan sebagai gula konsumsi. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim