Isu Keamanan Pangan tekan Kinerja Mamin

ilustrasi

Pasar luar negeri kian ketat memberlakukan berbagai kebijakan guna menekan laju impor mereka. Kini isu keamanan atau kesehatan pangan juga kian meluas. Bahkan, hampir seluruh negara tujuan ekspor Indonesia memperketat kebijakan tersebut.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, potensi pasar Indonesia cukup besar. Dengan jumlah penduduknya yang mencapai 230 juta jiwa, Indonesia menjadi pasar yang cukup menggiurkan.

Namun potensi tersebut harus diwaspadai karena banyak negara yang telah dan sedang mengincarnya seiring dengan terbukanya pasar secara bebas. Persaingan tidak hanya di sisi harga dan kualitas, namun isu keamanan pangan juga telah menjadi isu utama dewasa ini. Melalui kemajuan teknologi, kini hampir seluruh negara telah melakukan pengetatan komoditas melalui sertifikasi kesehatan pangan.

“Isu 0% toleransi kandungan residu, umpamanya, jika sebelumnya tidak bisa membatasi sampai 0%, maka dengan kemajuan teknologi mereka sekarang sudah bisa mendeteksi hingga 0%,” ujar Adhi S. Lukman usai acara business gathering pengusaha mamin Jatim dengan tema “Tantangan dan Peluang Produk Mamin Lokal di Era Pasar Bebas” yang digelar di Grha Kadin Jatim, Surabaya, Selasa (11/9/2012).

Ironisnya, tren ini sulit diikuti oleh pengusaha mamin kelas menengah kecil. Hanya pengusah mamin kelas menengah besar saja yang mampu mengaplikasikan kebijakan tersebut dalam produk yang dihasilkan. Padahal jumlah pengusaha mamin kelas menengah kecil ini adalah yang terbanyak.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah pengusaha mamin kelas menengah kecil saat ini berada di kisaran 900.000 pengusaha. Sementara pengusaha menengah besar hanya 0,5% saja dari total pengusaha mamin di Indonesia.

Terkait kinerja industri mamin dalam negeri dan kinerja ekspor di tahun ini, Adhi mengatakan masih cukup bagus. Diperkirakan, hingga akhir tahun pertumbuhannya akan mencapai sebesar 10%. “Masih sangat bagus, kami perkirakan hingga akhir tahun ekspor kita akan mengalami kenaikan sebesar 10%,” tegasnya.

Ekspor terbesar masih ke pasar tradisional, seperti negara Amerika Serikat, negara-negara di Eropa, dan Jepang. Namun pihaknya saat ini juga tengah melakukan pendekatan untuk melakukan ekspor ke Afrika dan Amerika Latin.

“Namun tantangannya masih sangat besar, khususnya soal tarif yang masih 20% hingga 35%. Kita harus melakukan negosiasi dan pembicaraan serius dengan mereka karena negara tetangga kita di Asia juga sudah mulai melakukan pendekatan,” ujarnya. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim