ilustrasi
Kinerja ekspor nonmigas Jawa Timur tahun ini terus terkoreksi. Kondisi ini dipicu oleh melemahnya perekonomian dunia yang mengakibatkan menyusutnya permintaan berbagai produk dan komoditas ekspor dari berbagai negara.
Badan Pusat Statistisk mencatat, penurunan ekspor non migas sepanjang Januari hingga Juli 2012 mencapai 22,14%, dari realisasi tahun 2011 periode Januari hingga Juli sebesar US$10,907 miliar menjadi US$8,492 miliar di tahun 2012 pada periode yang sama.
Menurut penuturan Kepala BPS Jatim, Irlan Indrocahyo, penyusutan ini terjadi diseluruh produk dan komoditas ekspor, baik ekspor komoditas pertanian, ekspor produk industri hingga ekspor pertambangan dan lainnya.
Untuk ekspor pertanian, penurunannya dikisaran 8,15%, dari US$676,995 juta menjadi US$621,846 juta. Penurunan ini jauh lebih kecil dibanding ekspor barang industri dan pertambangan, dimana barang industri mengalami penurunan sebesar 23,06% dan ekspor pertambangan dan lainnya turun 26,73%.
“Kalau pada tahun 2011 sepanjang Januari hingga Juli ekspor barang industri kita mencapai US$10,209 miliar, sekarang susut hingga US$7,855 miliar. Sementara ekspor pertambangan juga susut menjadi US$15,519 juta dari tahun 2011 di periode yang sama sebesar US$21,182 juta,” ujar Irlan Indrocahyo, Surabaya, Senin (10/9/2012).
Jika dilihat dari negara tujuan ekspor, penyusutan permintaan terbesar terjadi di Thailand dan China. Akibatnya, nilai ekspor ke dua negara tersebut anjlok cukup besar, ke Thailand turun hingga 53,03% dari US$506,041 juta menjadi US$237,697 juta, sementara ke China susut hingga 44,78%, dari US$1,330 miliar menjadi US$734,774 juta.
“Penurunan yang sama juga terjadi di hampir 10 negara tujuan ekspor terbersar, Jepang, Malaysia, Belanda, Singapura, Jerman dan India. Hanya Amerika dan Afrika Selatan saja yang tidak masih mengalami pertumbuhan, walaupun sangat kecil. Ekspor ke Amerika tumbuh 1,32% dan ke Afsel naik 1,65%,” ujarnya. kabarbisnis.com
