Konsumsi Rumah Tangga Sumbang Ekonomi Jatim

ilustrasi: artikelku-sekolah.blogspot.com

Memasuki triwulan ke III tahun ini, prospek pertumbuhan perekonomian di Jawa Timur diprediksi merangkak naik. Selain perdagangan, pertumbuhan ekonomi di Jatim juga ditopang dari sisi permintaan yang memiliki rating cukup tinggi.

“Terutama pertumbuhan konsumsi rumah tangga,” singkat Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah IV Jatim, Sarwanto dikonfirmasi.

Dikatakan, sumbangan konsumsi rumah tangga (RT) untuk pertumbuhan ekonomi di Jatim mencapai 4,44% year on year (yoy). Sedangkan, investasi serta transaksi ekspor impor secara berurutan hanya mampu menyumbang pertumbuhan ekonomi di level 2,22% dan 0,43%.

Ia juga menjelaskan, sebenarnya, pendorong utama pertumbuhan tersebut masih berasal dari sektor ekonomi dominan di sektor perdagangan yang memberikan sumbangan sekitar 3,31%. Selain itu, ada 1,66% pertumbuhan ekonomi di Jatim yang disumbang dari sektor perhotelan dan restoran. “Dari sektor industri pengolahan dan pertanian yang hanya memberi kontribusi sebesar 0,45%,” ungkap Sarwanto.

Secara umum, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan II/2012 mencapai 7,21% untuk inflasi yoy (year on year, red). Ini lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya dan pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 6,40% yoy. “Kedepan, prospek pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada triwulan III/2012 diperkirakan masih terus berada dalam tren meningkat dikisaran 7,29%,” kata Moh. Jufrin, peneliti ekonom senior Kantor Perwakilan BI Wilayah IV Jatim terpisah.

Dijelaskan, year on year atau inflasi tahunan adalah inflasi yang mengukur perbandingan harga (nisbah) terhadap perubahan harga indeks konsumen bulan dibandingkan IHK pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini, selain didorong tiga sektor unggulan sebelumnya, sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi ikut mengontribusi perkembangan ekonomi Jatim tiga bulan kedepan. “Dua sektor tersebut akan mem-backup proses tumbuhkembangnya perekonomian di Jawa Timur hingga akhir tahun ini,” tambahnya.

Ditanya proyeksi inflasi Jatim di periode Agustus ini ? Sarwanto memrediksi, inflasi Jatim berada di kisaran 0,81%-0,95% (mtm/mounth to mounth). Atau, lanjut Sarwanto, secara tahunan inflasi di Jatim akan menyentuh level 4,49%-4,64% (yoy/year on year). “Perlu juga diingat, inflasi volatile food diyakini akan menjadi pendorong inflasi utama di bulan Agustus. Ini seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat di bulan Ramadan,” ujarnya.

Bukan hanya itu, tim Divisi Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan (Kanwil) BI Wilayah IV Jatim juga menyebut, inflasi inti diperkirakan masih akan mengalami tekanan. Hal ini dipengaruhi adanya faktor utama berupa potensi fluktuasi nilai tukar rupiah serta fluktuasi komoditas inti lainnya. “Seperti harga emas internasional, ikut memengaruhi,” singkat Sarwanto.

Sekadar tahu, tingkat inflasi tahunan di 7 kabupaten/kota di Jatim hingga Juli 2012 sudah mencapai 4,66% (yoy/year on year) yang berada di atas inflasi nasional yang mencatat 4,56%. Sedangkan, secara bulanan, inflasi Jatim ada pada kisaran 0,63% yang berarti lebih rendah dibanding dengan inflasi nasional yang menyentuh 0,70%.

Berdasar faktor pembentuknya, inflasi Jatim terutama didominasi sumbangan dari kelompok bahan makanan (volatile food) dengan laju inflasi sebesar 1,46% (mtm/mounth to mounth). Pengaruh itu juga diikuti kelompok inti atau core inflation sebesar 0,37% (mtm) dan inflasi administered price dengan sentuhan inflasi 0,45%.

Sementara, perbandingan inflasi di 6 ibukota provinsi di pulau Jawa, Surabaya sebagai ibukota Jawa Timur berada di urut 5 diatas Jakarta yang hanya 0,55% tingkat inflasinya. Secara berurutan, Bandung menduduki urutan pertama dengan tingkat inflasi 1,07%, Semarang mencapai 0,38%, Jogjakarta dilevel 0,76, Serang dikisaran 0,70% dan Surabaya inflasinya pada angka 0,62%. surabaya post online