RSBI Tak Inovatif, Layak Ditiadakan

ilustrasi: duniaberita.vt.vc

Kegagalan Rintisan Sekolah Berbasis Internasional (RSBI) mencapai ‘puncak tertinggi’ dalam hasil Ujian Nasional (UN) kian menguatkan penghapusan RSBI dari sistem pendidikan nasional. Parahnya lagi, keberadaan RSBI dinilai bukan jaminan peningkatan mutu peserta didik dan pembentukan karakter pendidikan.

“RSBI bukan sesuatu yang ekselen. RSBI tidak efektif. Saya setuju tidak perlu harus ada RSBI segala. Apalagi, harus ada peringkat untuk mengukur kualitas pendidikan. Saya sangat tidak setuju dengan RSBI dan peringkat dalam standarisasi pendidikan,” kritik Dra. Tuti Budi Rahayu, MA, pakar pendidikan asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Senin (4/6) pagi tadi.

Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair ini mengatakan, dalam pembelajaran RSBI belum ada standar kelayakan yang memunculkan inovasi pendidikan. Menurut Tuti, RSBI hanya mengenalkan sistem pembelajaran inovasi teknik yang cenderung tidak mengajarkan kebaruan. “Kalau cuma internetan, moving class, power point dan wifi, sekolah reguler pun bisa. Atau tanpa harus sekolah di RSBI, semua anak sekolah sudah bisa mengaplikasikan,” katanya.

Tuti juga mencermati, adanya RSBI akan semakin memperlebar jenjang kesenjangan dalam pendidikan. Dengan munculnya RSBI akan semakin ‘menjulangkan’ strata dan memperdalam jurang pemisah antar lembaga sekolah. “Sebenarnya, kalau mau jujur, RSBI yang ada saat ini belum menjamin kualitas pendidikan yang diharapkan,” tambah Zainuddin Maliki, Ketua Dewan Pendidikan Jatim dihubungi terpisah.

Menurutnya, evaluasi tersebut over all in general (berlebihan pada umumnya). Sebab, hingga kini keberadaan RSBI belum memberikan kontribusi massal dalam kepribadian pelaksanaan pendidikan nasional. “Karena konsep dasar pendirian RSBI keluar dari jalurnya,” tutur Zainuddin.

“Kalau hanya dapat juara atau piagam dalam lomba internasional kan sama saja tidak substantif. Setara dengan internasional itu tidak penting. Karena, internasional belum tentu memiliki tanggungjawab dan komitmen terhadap pendidikan di Indonesia,” kritik Zainuddin.

Pernyataan para pakar tersebut ternyata sepadan dengan kondisi yang saat ini ada di Jatim. Di Surabaya saja, RSBI masih kalah jauh dengan sekolah reguler lainnya. Fakta ini terlihat dari hasil UN 2012 SMP/MTs dan SMPT yang baru lalu, sekolah reguler masih unggul dibanding RSBI. Ironinya, sekolah ‘berlevel’ internasional yang belum menjanjikan itu masih saja dipertahankan keberadaannya. Dalih paling ‘ampuh’ adalah, munculnya persaingan antarsekolah dalam perbaikan kualitas pendidikan.

Selain itu, keberadaan RSBI di tengah-tengah sekolah lainnya dianggap sebagai pemerataan pendidikan. Alasan lainnya, dengan mempertahankan RSBI akan berakibat pada perkembangan dunia pendidikan secara luas. “Peningkatan pendidikan di Jatim semakin merata dengan adanya RSBI. Diantara sekolah akan saling berlomba menjadi yang terbaik,” kata Harun, Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Jatim. surabaya post online.

Harun mengatakan, keberhasilan sekolah reguler yang mengungguli RSBI dalam UN SMP tersebut tidak bisa dijadikan standar ukuran. Menurutnya, hal tersebut tidak lepas dari jumlah RSBI di tiap kota/kabupaten yang lebih sedikit dibanding sekolah reguler. “Secara umum, ukuran keberhasilan tersebut menggunakan nilai rata-rata UN dengan jumlah lulusan yang masuk ke perguruan tinggi,” tepis mantan Kadisbudpar Jatim ini.
Untuk diketahui, dari 57 RSBI di Jawa Timur, hanya 2 dari tiga RSBI di Surabaya yang mampu berkompetisi dengan sekolah regular di nilai sepuluh besar Jatim. Keduanya adalah, SMPN 1 Surabaya, SMPN 6 Surabaya dan SMPN 26 Surabaya. Sebut saja, SMPN 26 Surabaya. SMPN ini berhasil menempatkan siswanya sebagai peraih nilai tertinggi se-Jatim dengan nilai total 39,80.

Siswa SMPN 26 Surabaya atas nama Audi Wira Pradhana ini mampu mendulang nilai 10,00 untuk UN Bahasa Indonesia. Sedangkan, Bahasa Inggris, Audi mendapat nilai 9,80, Matematika mengumpulkan nilai 10.00 dan nilai IPA 10.00.

Sedangkan, SMPN 1 Surabaya yang sudah berstatus RSBI menempati peringkat delapan se-Jatim. Sekolah ini mendudukkan Gilda Hartecia dengan nilai Bahasa Indonesia 9,80, Bahasa Inggris 9,60, Matematika 10,00 dan IPA 10,00. Untuk RSBI lain tidak bisa bersaing dengan sekolah-sekolah reguler di Jawa Timur. “Tapi, penilaiannya kan tidak seperti itu ? Dibanding reguler, RSBI memang tidak banyak yang mendapatkan nilai UN bagus,” ujar Harun.

Sementara, Kabid Pendidikan Menengah Pertama (PMP) dan Pendidikan Menengah Atas (PMA) Dispendik Jatim, Bambang Sudarto mengungkapkan, proses belajar-mengajar di Jatim sudah mengalami peningkatan. Hal ini diketahui dari hasil UN baik SMP maupun SMA. “Meski tidak semuanya, minimal peningkatan itu terlihat dari ikut sertanya RSBI dalam ranking siswa terbaik,” ingatnya.

Terpisah, Kadispendik Surabaya, Ikhsan mengaku, pihaknya menghormati hasil prestasi yang dicapai sekolah dan siswa Surabaya. Alasannya, persaingan ketat dalam UN kali ini, RSBI di Surabaya mampu ‘meladeni’ sekolah reguler dengan nilai terbaik dalam UN. “Coba dicermati. RSBI di Surabaya masuk sepuluh besar,” kelit Ikhsan.

Meski demikian, ia juga mengakui, belum begitu puas dengan fakta pendidikan di Surabaya. Namun, ia mengatakan, sebenarnya pendidikan di Surabaya mengalami peningkatan dibanding tahun lalu. “Saya kan baru tiga bulan menjabat. Tapi, saya yakin, tahun depan akan lebih baik,” katanya.

Dikatakan, saat ini dirinya mulai mengevaluasi dengan pemetaan potensi masing-masing sekolah. “Agar kami bisa gali lebih dalam, apa sebenarnya keahlian yang bisa diunggulkan ditiap sekolah dan siswanya, termasuk RSBI,” harap Ikhsan.

Komentar Pembaca

  1. Saya siswa dari skolah RSBI, dan saya tau status RSBI tidak digunakan hanya karena penggunaan power point, wifi, dsb karena siswa Reguler sekolah saya pun menggunakan hal yang sama. Tapi kami mendapatkan pelajaran Cambridge diluar KTSP yang dibutuhkan untuk mengikuti tes Cambridge.

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim