PTPN X Bangun Pabrik Bioetanol Rp 467 Miliar

ilustrasi: detiksurabaya.com

PTPN X semakin serius menggarap industri hilir tebu. Perusahaan perkebunan pelat merah itu kini tengah mengerjakan proyek pengembangan bioetanol di Pabrik Gula (PG) Gempolkrep, Mojokerto, Jawa Timur, bekerja sama dengan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Jepang.

“Total investasi mencapai Rp 467,79 miliar dengan skema pendanaan terdiri atas hibah NEDO Jepang Rp 154 miliar dan dana PTPN X Rp 313,79 miliar,” ujar Direktur Utama PTPN X Subiyono kepada wartawan di Surabaya.

Pabrik itu berkapasitas sekitar 330.000 kiloliter bioetanol per tahun. Bahan baku yang dibutuhkan hingga 120.000 ton molases atau tetes tebu yang akan diambil dari PG milik PTPN X.

“PG yang terintegrasi dengan pabrik bioetanol adalah upaya untuk membangun model industri gula modern yang menggarap semua potensi dari hulu hingga hilir,” ujar Subiyono.

Dia menuturkan, saat ini pembangunan tangki fermentor dan penyimpanan di area fermentasi pabrik telah tuntas. Semua konstruksi pabrik yang berdiri di lahan seluas 6,5 hektar itu akan selesai pada Oktober tahun ini.

“Proses pembangunan diawasi oleh supervisor dari Saporo Engineering (SEG) Jepang. Semua pembangunan pabrik memakai komponen lokal, kecuali bahan pelat tangki yang diimpor dari Jepang,” kata Subiyono.

Setelah konstruksi tersebut rampung, akan dilakukan uji coba dan demonstrasi produksi hingga awal tahun depan. Pada Februari 2013, proyek akan diterminasi sebelum resmi beroperasi.

“Pabrik itu akan menghasilkan etanol fuel grade dengan tingkat kemurnian 99,5 persen. Artinya, produk etanolnya sangat ramah lingkungan,” tuturnya.

Subiyono menuturkan, pengembangaan bioetanol adalah bagian dari diversifikasi usaha. Ini merupakan upaya untuk mewujudkan industri berbasis tebu (sugarcane based industry) yang sesungguhnya.

“Memang sudah saatnya untuk menyeriusi produk hilir tebu sebagai komoditas andalan, termasuk bioetanol,” jelasnya.

Selama ini, lanjut dia, PG-PG hanya menyuplai bahan baku bagian dari tebu ke pabrik lain yang mengembangkan produk turunannya. Sehingga, PG tidak mendapatkan nilai tambah secara optimal dari tebu yang diolahnya.

Menurut Subiyono, syarat dari optimalisasi produk turunan tersebut adalah membangun agribisnis tebu dengan memadukan kecanggihan sektor industri yang berdaya saing dan sektor pertanian yang tangguh.

“Inilah masa depan PG BUMN di mana ada transformasi dari pabrik penghasil gula semata menjadi industri berbasis tebu yang terintegrasi,” tuturnya.

Sekretaris Perusahaan PTPN X M. Cholidi menambahkan, bioetanol dipilih karena merupakan energi alternatif yang sangat berguna di tengah makin mahal dan terbatasnya energi fosil atau minyak bumi. Pengembangan bahan bakar nabati seperti bioetanol sejalan dengan upaya negeri ini untuk mengurangi konsumsi BBM.

“Brasil telah sukses memproduksi energi alternatif berupa bioetenol secara masal untuk menggerakkan perekonomian nasional. Di Brasil, bioetanol bahkan sudah menjadi bagian dari kebutuhan energi sehari-hari,” ujarnya. detiksurabaya.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim