Gandum dan Sorgum Terhambat Akses Pasar

ilustrasi: kabarbisnis.com

Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Jatim) untuk meminimalisir ketergantungannya terhadap impor gandum masih terkendala. Hingga detik ini, pengembangan gandum dan sorgum di wilayah Jatim masih belum maksimal.

Data di Dinas Pertanian Jatim menyebutkan, pengembangan Gandum sudah dimulai sejak beberapa tahun terakhir di beberapa wilayah dataran tinggi. Namun realisasinya masih sangat kecil karena berbagai kendala. Sementara pengembangan komoditas sorgum, jenis tanaman yang dijadikan bahan baku tepung roti yang bisa dijadikan alternatif sumber kalori selain beras, di dataran rendah juga menemui kendala yang sama.

“Selain karena kualitas gandum yang ditanam di daerah tropis tidak sebaik yang ditanam di daerah yang memiliki iklim dingin, tersendatnya pengembangan tersebut juga dipicu oleh sulitnya akses pasar,” ujar Alief Fuady, Kepala Seksi Serealia Lainnya Dinas Pertanian Jawa Timur, di Surabaya, Jumat (11/5/2012).

Saat ini, lanjutnya, pengembangan Gandum sudah dilakukan di beberapa daerah, diantaranya di Tosari Pasuruan, Malang, Pasuruan dan lumajang di lahan seluas 300 hektar. Sementara produktivitasnya mencapai 1 ton hingga 1,5 ton per hektar, sehingga produksinya mencapai sebesar 300 ton hingga 450 ton per tahun. Terbesar di Tosari Pasuruan yang mencapai sekitar 200 hektar.

Sedangkan budidaya Sorgum dilakukan di Lamongan, Bojonegoro, Tuban, Pacitan, Sampang, Sumenep dan Probolinggo di lahan seluas 950 hektar. Sementara produktivitasnya mencapai 2,5 ton per hektar hingga 3 ton per hektar, sehingga produksinya mencapai 2.000 ton per tahun.

Sebenarnya, kata Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jatim, Achmad Nurfalakhi, potensi pengembangan sorgum dan gandum di wilayah Jatim cukup besar. Untuk sorgum misalnya, potensinya mencapai 10.000 hektar, sementara potensi pengembangan gandum mencapai 1.000 hektar.

“Karena pasar masih belum terbuka, maka petani juga enggan menanam. Kalau umpamanya pasar sudah ada saya yakin petani akan tertarik karena biaya produksinya juga jauh lebih murah dibanding biaya produksi komoditas jagung,” tambahnya.

Untuk biaya produksi Sorgum misalnya, hanya dikisaran Rp 1,5 juta hingga Rp 2 juta per hektar, padahal biaya produksi jagung mencapai Rp 3 juta hingga Rp 4 juta per hektar.

“Dan langkah ini harus kita lakukan agar ketergantungan Indonesia, khususnya Jatim terhadap impor gandum akan bisa teratasi karena sejauh ini, realisasi impor gandum terus meningkat,” harapnya.

Pada tahun 2012 misdalnya, impor gandum diprediksi bakal naik 11,5% menjadi 5,8 juta ton dari realisasi tahun 2011 lalu sebesar 5,2 juta ton karena besarnya kebutuhan pasar. Padahal pada tahun 2010 lalu, impor gandum ke Indonesia baru mencapai 4,8 juta ton. kabarbisnis.com

Komentar Pembaca

  1. Jika pemerintah dan petani bersatu utk menanam sorgum dan gandum saya yakin kita akan menjadi peng export bukan pengimpor

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 8524. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim