Nelayan Gresik Ditawari Kelola Tanah 3,2 Hektar

ilustrasi: suaragiri.com

Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto menawarkan tanah seluas 3,2 h ektar untuk dikelola Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Gresik untuk mengembalikan kejayaan nelayan Gresik tempo dulu.

Pengurus HNSI diminta membuat rencana penggunaan tanah itu baik untuk depo perikanan, pasar in duk ikan, kargo ikan, pelabuhan atau gudang perikanan yang dilengkapi dengan fasilitas pembekuan ikan.

Sambari berharap potensi perikanan di Gresik menjadi kiblat bagi nelayan di wilayah lainnya. Tanah yang ditawarkan itu juga berkaitan dengan pihak lain untuk pemanfaatannya maka HNSI Gresik diminta berkoordinasi dengan pihak terkait trmasuk Dinas Kelautan Perikanan dan Peternakan.

“Terserah mau dipakai apa buat rencananya , untuk depo ikan, kolam ikan, bahkan pasar ikan atau gudang yang dilengkapi cold storage,” katanya saat membuka Rapat Kerja HNSI Gresik.

Menurut dia, Gresik memiliki potensi perikanan dengan garis pantai sepanjang 69 kilometer di daratan Jawa dan 54 km di sekeliling pulau Bawean. Nelayan Gresik tersebar mulai Desa Campurejo Kecamatan Panceng, Kecamatan Ujungpangkah, Mengare Kecamatan Bungah, Kecamatan Manyar, Lumpur dan Kroman Kecamatan Gresik, dan Karangkering Kecamatan Kebomas. Potensi perikanan budidaya di Gresik mencapai 32.000 h ektar.

Sebaiknya HNSI Gresik lebih menitikberatkan pada peningkatan pemasaran. Kewajiban pengurus melobi pengusaha ikan termasuk ke pabrikan agar pemasaran ikan lebih punya nilai ekonomi kata Sambari.

Sekretaris HNSI Jawa Timur, Kamid Annajib b erharap agar n elayan Gresik mensinergikan seluruh program HNSI dengan Dinas Kelautan dan Perikanan. Jajaran pengurus diminta merapatkan barisan untuk agar tidak vakum kegiatan dan program berjalan.

Nelayan Ujungpangkah Gresik, Umam menuturk an nelayan selama ini sering terkendala cuaca buruk, ombak besar, dan angin kencang. Kondisi itu tidak hanya menyebabkan tidak melaut, tetapi juga merusak bambu-bambu yang dipancang untuk budi daya kerang hijau.

Pemerintah juga perlu memikirkan hilangnya 1.500an hektar tambak di wilayah Mengare Kecamatan Bungah akibat tergerus abrasi. “Padahal Mengare terkenal dengan penghasil bandeng yang khas terkenal gurih dan tidak bau tanah. Paling tidak ada upaya mencegah agar tambak yang hilang tidak semakin banyak,” ujar Hakim, warga Mengare. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim