Volume Impor Hortikultura Meningkat

ilustrasi: kompas.com

Volume impor hortikultura di Jawa Timur pada tahun ini meningkat menjadi 6.000 kontainer per bulan dibandingkan sebelumnya yang hanya 1.500 kontainer per bulan.

“Peningkatan volume hortikultura impor yang masuk ke Jatim dipicu adanya pengalihan pintu masuk utama komoditas hortikultura impor ke Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya per 19 Maret 2012,” kata Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Jatim Purwo Widiarto di Surabaya.

Menurut dia, untuk mempersiapkan hal tersebut Balai Karantina segera melakukan koordinasi dengan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III (Persero) dan Bea Cukai. “Kami juga menambah fasilitas laboratorium untuk melakukan pengecekan dari berbagai penyakit yang dibawa oleh komoditas impor itu,” ujarnya.

Di sisi lain, jelas dia, penambahan laboratorium juga terjadi di tingkat nasional di antaranya Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Bandara Internasional Soekarno-Hatta, dan Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.

“Bahkan, di Makassar dan Pelabuhan Belawan. Secara keseluruhan besaran investasi untuk penambahan laboratorium itu mencapai Rp 10 miliar,” katanya.

Ia mengemukakan, ke depan laboratorium itu dimanfaatkan sebagai tempat pemeriksaan terhadap kandungan residu pestisida, logam berat, dan uji pencemaran biologi. “Selain itu, mengecek kandungan bakteri Salmonella, bakteri Echericia Coli, kandungan formalin, dan berbagai toksin,” katanya.

Pada masa mendatang, tambah dia, jika laboratorium tersebut belum memenuhi daya tampung yang diharapkan maka pihaknya membebaskan pelaku impor menjalin kerja sama dengan laboratorium pemerintah dan swasta untuk tahap pengecekan.

“Mengenai tempat penampungan, kami pantau Pelindo III masih meninjau lokasi yang akan dipakai. Bisa saja ditempatkan di Terminal Peti Kemas Surabaya,” katanya.

Di samping itu, terkait estimasi tentang membanjirnya produk hortikultura impor di provinsi ini, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati, Arifin T, membantah prediksi tersebut dapat terealisasi.

Apalagi, setelah dilakukan pengecekan maka komoditas tersebut akan langsung dikapalkan kembali untuk dikirim ke Jakarta dan daerah lain. “Untuk surat penolakan Gubernur Jatim, kini pemerintah pusat masih mengkajinya,” katanya.

Tetapi, lanjut dia, diprediksi pada pekan kedua Februari atau sebelum akhir Februari keputusan tersebut bisa ditetapkan meskipun sekarang pihaknya terus mempersiapkan segala hal termasuk meningkatkan potensi sumber daya manusia yang ada menyusul keterbatasan kompetensi di bidang laboratorium. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim