Para remaja harus menghindari pergaulan bebas. Pergaulan bebas berasal dari budaya asing, dan di Indonesia dianggap hal yang tabu. Jangan sampai pergaulan bebas membawa penderitaan dikarenakan remaja kurang memahami kesehatan reproduksi. Selain itu remaja harus membentengi diri dengan akhlaq dan budi pekerti yang tinggi (budaya adhi luhung).
Hal itu ditegaskan Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Provinsi Jatim, Dra.Ny.Hj. Purmiasih Rasiyo, MM pada Seminar Kesehatan Reproduksi Remaja, di Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Jl A.Yani Surabaya, Kamis (5/12).
Menurut bu Rasiyo, keberadaan remaja di era global saat ini memerlukan perhatian khusus karena usia remaja merupakan masa yang sensitif, labil sekaligus memiliki faktor emosi tinggi sehingga dalam lingkungan pergaulan mereka kurang terkontrol. Apalagi dengan semakin derasnya budaya asing, keadaan remaja cukup memprihatinkan karena terbawa arus pergaulan bebas.
Oleh karena itu DWP memprogramkan pelatihan kesehatan reproduksi agar remaja mendapatkan informasi yang benar. Diharapkan remaja dapat mengambil sikap dan tingkah laku yang beranggung jawab mengenai proses reproduksi, sehingga kedepan tercipta generasi muda yang sehat.
“Kesehatan reproduksi bagi remaja itu sangat penting, karena nantinya remaja punya tanggung jawab dalam keluarga. Sehingga nantinya terjun di masyarakat bisa menjadi keluarga yang bahagia yang menyentuh Norma Keluarga Bahagia Kecil dan Sejahtera, serta Perilaku HiIdup Bersih dan Sehat (PHBS). Apabila ada kesulitan jangan sampai salah mencari teman untuk curhat, ibu-ibu anggota DWP adalah keluarga besar bisa menjadi teman dan tempat untuk bertanya,” tambahnya sambil tersenyum.
“Ajine diri soko lat,i ajine saliro soko busono, artinya sebelum minta dihormati orang lain hormati diri sendiri dulu. Kalau bicara yang bagus jangan sampai ikut-ikutan yang tidak baik. Bergaya baju compang-camping kalau bukan budaya kita jangan diikuti, unggulkan budaya adhi luhung, remaja harus tahu adat ketimuran,” tuturnya.
Pada kesempatan itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jatim Drs. H. Mudjib Afan, MARS mengatakan, dari jumlah penduduk di Jatim sebesar 37 juta lebih sekitar 24 % adalah remaja, dan yang berusia 12 – 19 tahun (sekitar 25 %) merokok meski sudah ada peringatan merokok berbahaya bagi kesehatan. Padahal menurutnya, usia 19 – 21 tahun adalah masa-masa reproduksi. Oleh karena itu harus dipersiapkan diri kalau bisa tunda perkawainan sampai usia 24 tahun.
“Untuk membentuk generasi yang sehat, cerdas dan produktif tidak mudah, dibutuhkan persiapan yang cukup baik, khususnya yang menyangkut kesehatan reproduksi. Mereka harus dibekali dengan seks education, agar terhindar dari pergaulan negatif dan terhindar dari HIV/ AIDS,” tegasnya
Sementara itu Ketua Panitia Ny Afan Mujib mengatakan, kegiatan ini merupakan program sosial budaya DWP Prov Jatim untuk meningkatkan pengetahuan para remaja agar lebih memahami tentang kesehatan reproduksi remaja. Dengan demikian diharapkan dapat memotivasi para remaja agar dengan kesadaran sendiri dapat berperilaku sehat dan bertanggung jawab.
Pelatihan difokuskan pada putra-putri anggota DWP Provinsi Jatim ini menghadirkan nara sumber dr. Agus Ali Fauzi yang menjelaskan mengenai kesehatan reproduksi remaja secara gamblang, mulai proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan (kehamilan dan melahirkan), tumbuh kembang remaja, sampai penyakit menular seksual dan HIV/ Aids, bahaya narkoba, dan lain-lain. “Pengetahuan ini penting agar remaja mampu menyikapi kondisi saat ini dengan kesadaran, kesabaran, introspeksi serta Action Positif,” katanya.
Dalam rangkaian acara, 37 siswa SMA dibawah binaan Yayasan DWP Kab Magetan pimpinan Ny. Abdul Aziz menampilkan berbagai kegiatan positif yang patut dicontoh generasi muda yang hadir dalam pelatihan itu. (bhi)
karena semakin berkembangnya teknologi dan juga kurangnya pengawasan orang tua bisa menjadi salah satu pemicu pergaulan bebas generasi muda saat ini