Maret, Bandara Trunojoyo Beroperasi

ilustrasi

Moda transportasi udara di Jawa Timur (Jatim) makin bergairah. Pasca Bandara Juanda memulai renovasi bandara lama untuk terminal internasional, kini Bandara Trunojoyo, Sumenep memastikan diri, Maret 2012 beroperasi.

Rencannya akan ada empat kali penerbangan sepekan dengan rute Sumenenp-Surabaya dan sebaliknya dengan tarif dikisaran Rp 500.000/kursi. Kalangan pengamat mengingatkan, agar pengelola menggairahkan pasar dan terus meningkatkan infrastruktur agar tidak ‘mati suri’.

Sementara angin segar juga bertiup dari Bandara Abdul Rahman Saleh, Malang. Pemprov Jatim akan mengelolanya fasilitas bandara baru (terminal yang sudah terpisah dari komplek TNI Angkatan Udara,red), rencananya per 30 Desember besok (Jumat) akan mulai dioperasikan.

“Pertengahan Maret 2012 mendatang, bandara Trunojoyo bakal dioperasikan menjadi bandara komersil,” tegas Wakil Bupati Sumenep, Sungkono Sidik, Rabu (28/12) pagi tadi.

Maskapai yang bakal melayani adalah PT Wing Umar Sadewa dengan jenis pesawat Casa 212 Aviocar dengan kapasitas 21 tempat duduk. “Maskapai ini sudah siap memberi pelayanan maksimal di bandara peristis Trunojoyo,” ujarnya.

Untuk masa awal, rute yang bakal diambil yakni Sumenep-Surabaya. Lalu, akan dikembangkan ke Bali. Pada penerbangan pertama nanti, sudah ada pemesannya. Mayoritas dari perusahaan PT Husky, KEI dan BP Migas. “Rencana awal, jadwal penerbangan empat kali dalam sepekan,” katanya.

Dia menjelaskan, untuk harga tiket akan dibicarakan terlebih dahulu antara pemerintah daerah dengan maskapai. “Standar harga tiket pesawat itu harus jauh lebih murah dibanding menempuh darat, dari Sumenep-Surabaya. Sebab, sekarang sudah ada jembatan Suramadu,” ujarnya. Dia berharap tarif bisa di bawah Rp 500.000/kursi.

Sekadar diketahui, bila menggunakan perjalanan darat waktu tempuh mencapai 4-5 jam dengan biaya sekitar Rp 500.000 (untuk mobil pribadi PP) dan Rp 85.000 (bus umum PP). Sementara, untuk waktu tempuh pesawat dikisaran 10-15 menit.

Menurut dia, pihak maskapai tidak akan rugi bila maksimal melayani penerbangan dari Sumenep. Sebab, hasil survie sangat mengembirakan. Setiap harinya ada peminat sampai 170 orang untuk menggunakan pesawat, baik dari Sumenep menuju Surabaya, maupun Sumenep-Bali.”Ini kan bentuk antusias yang tinggi dengan adanya bandara. Karena yang akan menggunakan itu tidak hanya warga Sumenep, melainkan dari Pamekasan yang akan ke Bali maupun ke Surabaya,” terangnya.

Pengembangan layanan, kata dia, akan dilakukan ke sejumlah pulau di Sumenep, baik ke pulau Masalembu maupun ke Kangean. Dalam waktu-waktu tertentu, masyarakat kepulauan juga perlu mendapat layanan cepat dan praktis.

Bahkan, bila PT Husky di Masalembu sudah melakukan eksploitasi migas, tidak menutup kemungkinan akan membutuhkan layanan cepat. “Saat cuaca buruk, sudah tidak mungkin dilalui jalur darat. Tentunya perlu ditembuh lewat udara,” ungkapnya.

Kondisi Bandara saat ini, landasan pacu pesawat masih 905 meter. Rencana kedepan, akan diperpanjang menjadi 1.250 meter. Perluasan bandara terus dilakukan oleh pemerintah daerah setiap anggaran. “Luas lahan yang sudah dimiliki pemerintah daerah mencapai 7 hektar. Perluasan lahan terus akan dilakukan hingga bisa digunakan pesawat berukuran besar,” pungkasnya.

Terpisah, Pengamat Dirgantara, Dudi Sudibyo menyambut positif akan dioperasikannya bandar udara di Sumenep. Dia menilai, dengan dioperasikannya bandara di Madura maka akan mempercepat perputaran ekonomi di pulau garam tersebut. “Pasti ada banyak perubahan di sektor ekonomi Madura. Terutama masuknya investor dan wisatawan. Selama ini, pulau Madura masih tertinggal karena memang akses transportasinya kurang memadai,”katanya, Rabu (28/12).

Mengenai tarif yang dipatok untuk rute Sumenep-Surabaya atau sebaliknya sebesar Rp 500 ribu, Dudi menyebutkan nilai tersebut relatif karena penerbangan dengan pesawat yang jumlah penumpangnya sekitar 25-30 orang dengan pesawat yang besar mempunyai perhitungan berbeda.

Meski jarakanya dekat, ia mengatakan harga berkisar Rp300-Rp500 ribu sudah sangat murah. “Bukan masalah jaraknya, tapi pesawat besar dan kecil itu ada hitungannya, ada rumusnya tersendiri. Saya kira Rp 300-Rp 500 ribu itu sudah normal dengan kemudahan atau kecepatan transportasi yang didapat oleh penumpang,”jelasnya.

Dia membandingkan, pesawat yang melayani penerbangan rute Bandung-Cirebon tarifnya juga hampir sama, yakni sebesar Rp 400 ribu. “Dengan harga sebesar itupun saya yakin peminatnya akan banyak,”ujarnya.

Namun dia mengingatkan agar pengelola terus berinovasi agar penerbangan tidak ramai kala pembukaan saja, tapi juga terus diminati pasar. Sekadar mengingatkan, Bandara Blimbingsari,Banyuwangi yang awalnya diterbangi 2 maskapai–Merpati dan Sky Aviation—kini tinggal satu penerbangan. Pasalnya Sky Aviation mengaku merugi sehingga memutuskan stop pelayanan.

Abdurahman Saleh

Sementara kabar baru juga datang dari Bandara Abdul Rahman Saleh, Malang. Bandara ini akan menjadi bandara udara pertama yang dikelola oleh pemerintah daerah. Pengelolaan Bandara Abdurahman Saleh akan diserahkan pengelolaannya kepada Pemprov Jatim melalui tugas desentralisasi.

Kepala Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub LLAJ) Jatim Wahid Wahyudi membenarkan penyerahan pengelolaan Bandara Abdul Rahman Saleh kepada Pemprov Jatim. Pihaknya akan membuat Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk mempersiapkan pengelolaan Bandara Abdurahman Saleh.

“Ini merupakan bandara pertama yang pengelolaannya diserahkan kepada Pemprov Jatim melalui Dishub LLAJ. Penyerahan ini dilakukan oleh Kementerian Perhubungan secara langsung,” ujar Wahid.

Penyerahan pengelolaan Bandara Abdul Rahman Saleh sendiri dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Perhubungan RI no. KP 502 tahun 2011. Wahid mengatakan, penyerahan pengelolaan Bandara Abdurahman Saleh menunjukkan kepercayaan Kemenhub kepada Pemprov Jatim.

Lebih lanjut Wahid menjelaskan, saat ini penambahan fasilitas di Bandara Abdul Rahman Saleh terus dikembangkan. Mulai tahun 2005 sampai 2011 telah dibangun sebagian fasilitas enclave civil seperti jalan akses, gedung terminal, appron, dan perpanjangan runway, termasuk kantor UPT Bandara. “Operasionalnya akan dimulai pada 30 Desember mendatang sementara peresmiannya akan dilakukan pada pertengahan Januari mendatang,” katanya.

Fasilitas enclave civil itu akan membuat operasional sisi darat penerbangan komersial tidak akan bercampur lagi dengan base operasional TNI–AU di Lanud Abdul Rahman Saleh Malang. Operasional yang semakin besar itu, juga diharapkan mampu mendongkrak aktivitas penerbangan komersial di Malang.

Setidaknya, ada empat maskapai penerbangan yang menerbangi Malang. Keempat maskapai itu adalah Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Batavia Air dan Wings Air. Kecuali Wings Air, tiga maskapai lain menggunakan pesawat jenis jet jenis Boeing. Sementara Wings Air menggunakan pesawat jenis ATR 72-500.

Setiap harinya, sambung Wahid, penerbangan di Bandara Abdurrahman Saleh dari Malang-Jakarta sebanyak 6 kali PP (pulang-pergi). Sementara dari Malang-Denpasar sebanyak 1 kali PP.“Tentu kita harapkan volume penerbangan di Bandara Internasional Juanda yang sudah overload sedikit terkurangi jika ada penerbangan yang bisa dialihkan ke Malang,” katanya. surabayapost online

Komentar Pembaca

  1. alhamdulillaah..saya sbg warga malang asli sangat berterima kasih kpd pemprov jatim yg akan pertama kali mengelola bandara abdulrahman saleh malang,bandara yg satu2nya dikelola oleh pemprov..semoga bandara abdulrahman saleh bisa diharapkan menjadi bandara internasional yg ke depannya embargasi utk jama’ah haji bisa berangkat dr malang…
    Alhamdulillaah…
    Amiin…
    Semoga sukses bhumi malang rayaku…

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 9459. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim