ilustrasi: kabarbisnis.com
Sektor perdagangan Jatim terus meningkat seiring dengan menanjaknya kinerja ekspor pada bulan Oktober 2011 dan perdagangan antar pulau. Nilai ekspor Jatim pada bulan Oktober 2011 mencapai Rp12,1 triliun, naik 3,94% dari bulan September yang Rp11,7 triliun. Walau terjadi peningkatan ekspor, namun pemerintah provinsi Jatim tetap menggenjot perdagangan domestik antar pulau.
Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, dalam rangka memperkuat perdagangan antar pulau, Pemprov Jatim telah membuat atase perdagangan yang berada di 24 provinsi. Tugas dari masing-masing atase tersebut untuk membuka komunikasi pada semua pelaku ekonomi tentang permintaan dan pemasaran produk-produk dari Jawa Timur.
“Perdagangan dalam negeri (antar pulau) tahun ini sekitar Rp 240 triliun atau lebih 170% dari ekspor yang hanya mencapai Rp 16 triliun untuk ekspor non migas. Tetapi transaksi kita antar provinsi ada kelebihan Rp 42 triliun,” terangnya.
Dengan kondisi itu, dia berkomitmen untuk terus memperkuat pasar dalam negeri, khususnya UMKM. Sehingga, peran perbankan dalam membantu pertumbuhan ekonomi UMKM sangat dibutuhkan.
“Kalau kegiatan ini didorong kerjasama dengan perbankan atau lembaga keuangan lainnya dan itu dilinkageprogamkan, maka kami punya harapan besar bahwa pertumbuhan berkualitas itu akan tercapai dan tidak tergantung ekspor keluar, apalagi pasar kita ke Amerika dan Eropa menurun,” imbuhnya.
Menurut dia, peraturan BI tidak mungkin memperbolehkan idle perbankan dilinkage. Sehingga, Sokarwo meyakinkan perbankan agar Pemprov Jatim yang menggaransi dari idle. “Seumpama BCA lendingnya hanya 55%, masih ada 45% yang iddle, daripada dititipkan di SBI hanya 6% lebih baik dilinkage kemudian diturunkan dari 2 digit menjadi 9 terhadap BPR, kami yang akan insurance,” jelasnya. surabayaposy online
