Bojonegoro Bangun Danau Buatan Berlapis Geomembran

ilustrasi: tempointeraktif.com

Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, saat ini sedang mempersiapkan pembangunan proyek percontohan embung (danau buatan) yang dilapisi lembaran pelapis antibocor, geomembrane.

Menurut Kepala Dinas Pengairan Kabupaten Bojonegoro, Bambang Budi Susanto, proyek percontohan embung geomembrane dibangun di Dusun Sumber Wungu, Desa Kepoh Kidul, Kecamatan Kedungadem. “Pembangunannya kami jadwalkan sudah dimulai November ini,” katanya kepada Tempo, Jumat siang, 4 November 2011.

Proses pembangunan akan dipercepat, sehingga bisa rampung bersamaan dengan datangnya musim penghujan. Dengan demikian embung bisa menampung air sebagai cadangan untuk kebutuhan pada musim kering tahun 2012 mendatang.

Bambang menjelaskan saat ini di seluruh wilayah Kabupaten Bojonegoro terdapat 78 embung yang tersebar di 27 kecamatan di Bojonegoro. Setiap embung rata-rata mampu menampung air 30 ribu hingga 50 ribu meterkubik. Selain embung juga ada Waduk Pacal di Kecamatan Temayang dan bendung gerak di Bengawan Solo, yang saat ini sedang diselesaikan pembangunannya.

Namun dari waduk yang ada banyak di antaranya yang kerap kering pada setiap musim kering, terutama di kawasan yang jauh dari sungai Bengawan Solo. Di antaranya di Kecamatan Ngambon, Ngasem, Tambakrejo, Sekar, Temayang, Gondang, Kedungadem, Margomulyo, dan Kecamatan Sukosewu.

Biaya pembangunan embung yang dilapisi lembaran geomembrane relatif lebih murah, yakni sekitar Rp 100 juta per embung. Biaya bisa ditekan karena tidak perlu membuat embung baru, melainkan hanya melebarkan dan lebih memperdalam embung yang ada, lalu diberi lapisan geomembrane pada dasar dan dinding embung. Dengan demikian daya tampungnya menjadi lebih banyak dan penyimpanan air aman, sehingga bisa dimanfaatkan pada saat musim kemarau.

Bila proyek percontohan di Dusun Sumber Wungu, Desa Kepoh Kidul, sukses, seluruh embung di Bojonegoro juga akan dilapisi lembaran geomembrane. Selain itu setiap tahun akan ditambah enam hingga 10 embung, sehingga setiap kecamatan memiliki minimal lima embung yang semuanya dilapisi membrane. “Sebagian besar kawasan di Bojonegoro tergolong kering dan rawan air bersih pada musim kemarau, sehingga Bojonegoro membutuhkan cadangan air yang cukup,” ujar Bambang.

Bupati Bojonegoro, Suyoto, mengatakan keputusan untuk membangun embung berlapis geomembrane diadopsi dari beberapa daerah di Indonesia yang juga tergolong daerah kering dan rawan penyediaan air bersih pada musim kemarau.

Dengan adanya embung geomembrane diharapkan Bojonegoro tidak lagi menghadapi masalah kesulitan air seperti yang selalu dihadapi selama ini.

Suyoto optmistis proyek percontohan embung geomembrane di Dusun Sumber Wungu, Desa Kepoh Kidul, akan berhasil sesuai dengan rencana. Sebab pembangunannya sudah melalui beberapa tahap perencanaan yang matang. “Kami berharap kekeringan bukan lagi persoalan tahunan bagi Bojonegoro,” ucap dia.

Dana untuk proyek embung berlapis geomembrane diambil dari anggaran bantuan sosial. Selain itu juga dana yang biasa digunakan untuk mengatasi bencana alam. Tahun ini tersedia dana Rp 800 juta. tempointeraktif.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim