Jatim Selamanya Defisit Gas

ilustrasi

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur, Dewi J Putriatni, menyatakan, defisit gas di Jawa Timur sangat sulit untuk diatasi. Bahkan, dengan asumsi pertumbuhan industri stagnan dengan kebutuhan gasnya sekitar 872 juta kaki kubik per hari (mmscfd), defisit baru akan terpenuhi pada tahun 2025.

“Dan ini sangat tidak mungkin karena pertumbuhan ekonomi Jatim terus meningkat, bahkan di semester I/2011 saja, pertumbuhannya di atas 7%. Ini berarti industri di Jatim akan terus tumbuh dan kebutuhan gas akan terus meningkat,” kata Dewi ketika ditemui di kantornya, Surabaya, Jumat (21/10/2011).

Dia mengatakan, saat ini kebutuhan gas Jatim mencapai 872 mmscfd, sementara produksi gas dari 9 KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) mencapai 457 mmscfd atau defisit sekitar 415 mmscfd. Hingga 2013, defisit tersebut akan meningkat menjadi 500 mmscfd.

Kesembilan KKKS tersebut adalah Pertamina Hulu Energi (PHE) West Madura offshore (WMO) sebesar 140 mmscfd hingga 170 mmscfd, Santos Madura Offshore sebesar 110 mmscfd hingga 120 mmscfd, HESS, Lapindo Ltd, Kangean Energy Indonesia, Camar Resourching Canada (CRC), Join Operating Body (JOB) Pertamina Petrolium East Java (PPEJ), Santos Sampang dan PT Pertamina Eksplorasi Produksi (EP).

“Defisit ini akan sedikit terkurangi di tahun 2014 dengan adanya penambahan gas dari empat KKKS,” katanya.

Keempat K3S tersebut adalah LNG Receiving Terminal di Lamongan milik Energy World Corporation, Ltd asal Australia sebesar 200 mmscfd hingga 300 mmscfd di tahun 2014, Mobile Cepu Limited (MCL) sebesar 200 mmscfd tahun 2014, Kangean Energi Indonesia (KEI) sebesar 200 mmscfd dan Petronas Lapangan Bukit Tua di tahun 2013.

“Dengan adanya penambahan tersebut, maka pada tahun 2014 defisit menjadi berkurang menjadi 75 mmscfd,” katanya.

Di tahun 2015, defisit menjadi 120 mmscfd, tahun 2016 menjadi 183 mmscfd, 2017 sebesar 188 mmscfd, 2018 sebesar 173 mmscfd, 2019 menjadi 184 mmscfd, 2020 sebesar 85 mmscfd, 2021 sebesar 18 mmscfd, 2022 sebesar 15 mmscfd, 2023 sebesar 12 mmscfd, 2024 sebesar 9 mmscfd, 2025 sebesar 7 mmscfd.

“Dan sekali lagi, volume defisit tersebut jika mengacu pada kebutuhan industri saat ini dan tidak ada penambahan. Artinya, defisit gas Jatim sepertinya tidak akan terpenuhi selamanya,” tegasnya.kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim