Tanah di Pacitan Retak dan Keluarkan Gas

ilustrasi:pacitanisti.com

Permukaan tanah di, Jawa Timur, retak. Bersama retakan, beberapa hari ini muncul semburan asap mirip gas yang mengeluarkan hawa panas dan rawan terbakar. Pemerintah Kabupaten Pacitan menetapkan lokasi itu sebagai zona rawan dan meminta masyarakat berhati-hati.

Retakan tanah ditemukan di ladang di Dusun Dondong, Desa Gemaharjo. Lokasi retakan berada sekitar 3 meter di dekat menara pemancar milik salah satu operator seluler. Pengamatan menunjukkan, retakan berbentuk empat persegi dengan ukuran 3 meter x 3 meter.

Retakan mengakibatkan tanah ambles sedalam 30 sentimeter, dan meninggalkan lubang rekahan dengan kedalaman yang sulit diukur. Dari sejumlah warga yang mencoba memasukkan kayu ke dalam rekahan, kedalaman diperkirakan lebih dari 5 meter.

Yatno (31), penggarap ladang, mengatakan, retakan diketahui pada Sabtu pagi pekan lalu. Ketika itu ia sedang mencangkul tanah untuk persiapan menanam jagung dan ketela pohon. Tiba-tiba tanah yang ia olah ambles dan meninggalkan retakan.

Belum hilang rasa kaget Yatno, tiba-tiba sebuah pohon pisang yang berada di dekat lokasi tanah retak, ambruk seperti tercabut dari akarnya. Pohon itu jatuh menimpa tanah yang ambles, dan herannya pohon pisang itu langsung gosong dan mengeluarkan asap seperti terbakar.

Tanah yang ambles itu terasa panas. Pada waktu pagi dan sore hari keluar air seperti embun trus keluar asap. Waktu anak-anak menaruh kertas di atasnya, kertas itu langsung terbakar. “Tadi pagi waktu dipakai memasak air juga sampai mendidih,” ujar Yatno.

Pengamatan menunjukkan, tanah yang ambles itu mengeluarkan bau gosong seperti ada aktivitas pembakarannya di dalamnya. Saat permukaan tanah yang ambles itu digali, dari dalam tanah keluar butiran-butiran berwarna hitam seperti arang , yang apabila dipegang, terasa panas. Butiran berwarna hitam itu juga mengeluarkan asap tipis.

Bau gas juga menyengat, terutama pada pagi hari dan sore hari. Baunya tidak enak kalau dihirup, dan membuat kepala pusing.

“Biasanya gas keluar sekitar pukul 16.00 sampai pukul 20.00. Banyak warga yang datang ke sini,” kata Tukiman (60) warga yang rumahnya berjarak sekitar 50 meter dari lokasi retakan.

Kepala Desa Gemaharjo, Pujiono, mengatakan, pihaknya sudah melaporkan ke Kantor Kecamatan dan Polsek Tegalombo. Laporan ditindaklanjuti oleh polisi dengan memasang police line atau garis polisi di lokasi tanah retak. Selain sebagai petanda, garis polisi itu juga berfungsi mencegah warga masuk ke lokasi retakan untuk menghindari jatuhnya korban.

Alasannya, sudah ada korban yang jatuh. Kusno, warga setempat, kakinya melepuh setelah terperosok ke dalam tanah ambles yang dikelilingi oleh retakan permukaan tanah itu. Pada saat itu, lokasi belum ditandai.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Pacitan, Lan Maria, mengatakan, munculnya retakan di permukaan tanah diduga sebagai manifestasi dari gerakan tanah. Gerakan tanah ini dipicu oleh aktivitas cesar atau patahan bumi yang tersebar di Pacitan.

Berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kabupaten Pacitan berada di daerah pertemuan dua lempeng yakni Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Benua Asia yang menghasilkan gerakan tanah tinggi.

Adapun munculnya panas dari dalam tanah masih diselidiki. Akan tetapi dugaan sementara berasal dari kandungan batuan yang terdapat di bumi Pacitan. kompas.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim