Hujan buatan masih belum diperlukan untuk mengatasi masalah menyusutnya debit air di sejumlah waduk di Jawa Timur.
Juru bicara Perusahaan umum (Perum) Jasa Tirta I, Tri Harjono
"Hujan buatan, baru dilakukan jika terjadi kemarau yang berkepanjangan dan cuaca ekstrem, namun saat ini masih sesuai dengan pola yang ditentukan tim koordinasi pengelolaan sumberdaya air," katanya.
Triharjono mengakui, musim kemarau yang melanda sejumlah waduk di Jatim mengakibatkan debit air di sejumlah waduk mendekati batas minimum elevasi (ketinggian permukaan air).
Meski demikian, Tri menganggap, hal itu masih diatas batas minimal yang ditentukan, dan masih mampu memasok air untuk kebutuhan irigasi, industri dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
"Sesuai pola yang ditentukan tim koordinasi pengelolaan sumberdaya air, kemarau akan terjadi hingga November, namun air di waduk masih dalam tahapan aman untuk persediaan kedepannya," katanya.
Triharjono menegaskan, Perum Jasa Tirta I siap bertanggungjawab apabila terjadi kekeringan di daerah tangkapan air sepanjang aliran Sungai Brantas, sebab itu merupakan wilayah kewenangan Jasa Tirta I.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana mengusulkan hujan buatan ke Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, BPPT dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Usulan itu, didasari dari masalah kekeringan yang melanda Jawa Timur, sehingga sejumlah daerah mengalami kekeringan hingga habisnya sejumlah sumber air.
"Untuk daerah atau wilayah di luar irigasi sepanjang aliran Sungai Brantas, kami tidak mengetahui kondisi dan kebutuhannya, namun untuk di wilayah aliran Sungai Brantas, saya rasa belum memerlukan hujan buatan karena kebutuhan waduk masih mencukupi," katanya. Ant