Ironis, Jatim Impor Beras

ilustrasi: surabayapost online

Sebagai lumbung beras nasional, Jawa Timur sudah gugur. Tahun ini propinsi berpenduduk 30 juta jiwa lebih ini, harus impor beras. Sebabnya, Bulog Divre Jatim gagal menyerap beras petani. Dari target 700 ribu ton, terpenuhi 40%, hanya mampu menyerap 360.443 ton. Ironisnya, Bulog mengandalkan impor dari Vietnam 325 ribu ton. Saat ini beras impor sudah ngendon di gudang Bulog sebesar 55.699 ton.

Padahal jika diruntut, target 700 ribu ton sebenarnya adalah target revisi yang awalnya ditetapkan 1,1 juta ton untuk tahun 2011 ini. Letter of Credit (L/C) untuk membeli beras petani sebesar Rp1,452 triliun pun sudah disiapkan untuk tahap awal pembelian beras petani seberas 287.000 ton setara beras.

Namun semua target itu meleset, kinerja Bulog kian amburadul ketika harga beras di pasaran terus melambung, sementara patokan yang ditetapkan pemerintah melalui HPP (Harga Pembelian Petani) tak mampu menjangkau.

“Minimnya penyerapan ini dikarenakan harga beras dipasaran sudah mencapai Rp7.775/kg, sementara berdasarkan Inpres Nomor 8 tahun 2011 tentang Kebijakan Pengamanan Cadangan Beras yang dikelola oleh pemerintah dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim, Bulog hanya boleh membeli beras Rp 6.050/kg. Itu yang menjadi kesulitan kami,” tutur Kepala Bulog Divre Jatim, Rinto Angky Pratomo, Senin (26/9) kemarin.

Ia mengaku sudah mendapatkan tugas dari Kementerian Perdagangan untuk melakukan impor beras. Beras impor dari Vietnam sudah masuk di gudang Bulog sebanyak 55.699 ton beras, sementara sisanya ada yang masih bongkar muat di Tanjung Perak sebanyak 33.650 ton. Sementara 235.651 ton baru akan datang pada Oktober 2011 hingga Februari 2012,” kata Rinto.
Rinto mengakui, pengadaan beras impor tersebut dilakukan minimnya kemampuan Bulog menyerap beras petani Jatim. Hinnga saat ini Bulog Jatim baru mampu menyerap sekitar 360.433 ton, atau 40% dari target. Padahal harusnya pada periode ini penyerapan bisa mencapai 60% dari total pengadaan.

Sebenarnya, Bulog sudah memiliki 671 kelompok tani dan koperasi di Jatim yang menjadi mitra dan berkewajiban menjual beras petani ke Bulog. Namun nyatanya, sejak puncak panen yang jatuh pada April-Mei lalu, mereka enggan menjual beras ke Bulog karena harga di pasaran lebih bagus.

Ditegaskan Rinto, impor beras harus dilakukan. Pasalnya, Bulog menilai lapis pertama dalam ketahanan pangan gagal. Sehingga Bulog yang merupakan lapis ke dua dalam ketahanan pangan, harus melakukan upaya untuk mengamankan ketahanan pangan dan salah satu langkah cepatnya hanya melakukan impor beras.

“Stok yang ada saat ini di gudang Bulog masih sekitar 177.795 ton jumlah tersebut sudah termasuk dengan beras impor yang sudah datang, stok ini diperkirakan mampu mencukupi kebutuhan selama 3 bulan ke depan,” jelas Rinto.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum Bidang Ketahanan Pangan dan Agrobisnis Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Setyo Budi mengatakan, seharusnya pemerintah merubah penetapan HPP beras petani sebesar Rp 6.000 ke angka yang lebih tinggi.

Dengan peningkatan harga ini, pengadaan beras tetap dapat terpenuhi tanpa harus impor dari negara lain. “Inpresnya harus dirubah. Bulog kan badan pelaksana saja dari aturan pemerintah,” paparnya.

Setyo menandaskan, yang lebih penting pemerintah harus berani menindak para pelaku penimbunan beras yang menimbulkan harga menjadi mahal. Pengalaman selama ini, banyak beras yang dibeli oleh para tengkulak dan kemudian ditimbun. Inilah yang membuat harga menjadi mahal.

Selanjutnya, agar musim tanam dan panen tidak terganggu, pemerintah harus membangun ketersediaan air. Salah satunya dengan mendirikan bendungan di daerah-daerah yang rawan kekeringan. “Jika ini terealisasi, maka masalah ketahanan pangan tidak akan lagi jadi persoalan,” tandasnya. m15

Pengadaan Beras Jumlah

Target Awal 2011 1,150 juta ton

Revisi Target 700.000 ton

Baru Terserap 360.443 ton

Belum Terserap 339.557 ton

Impor Beras Vietnam 325.000 ton

Beras Impor di Gudang Bulog 55.699 ton

Beras Impor di Tanjung Perak 33.650 ton

Sisa Beras Impor belum datang 325.651 ton
(surabayapost online)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim