ilustrasi: republika.co.id
Janji Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) bahwa jalan arteri alternatif Porong, Kabupaten Sidoarjo, bisa diopersikan H-7 Lebaran ternyata meleset. Jalan itu tidak layak pakai. Bahkan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Hadiatmoko mengimbau masyarakat tidak melewati jalur itu.
Hingga Kamis (25/8/2011), kondisi jalan sepanjang 7,1 kilometer itu baru selesai sekitar 58 persen. Baru sebagian yang sudah rampung dibeton. Selebihnya masih berupa tanah yang dipadatkan dengan kondisi badan jalan sebagian bergelombang.
Jalan itu berdebu, sehingga kalau dilewati kendaraan bisa mengganggu pernapasan dan pandangan pemakai lalu lintas yang lain. Kalau malam hari gelap gulita. Rambu lalu lintas juga belum lengkap. Lebih gawat lagi adalah kondisi jembatan bailey yang dipasang di atas Sungai Porong untuk menghubungan wilayah Sidoarjo dengan wilayah Kabupaten Pasuruan ternyata belum sempurna. Saat dilewati jembatan bergoyang-goyang. Kondisi ini dinilai Hadiatmoko tidak menjamin keamanan dan keselamatan bagi pemakainya.
Jalan arteri itu semula disiapkan untuk mengurangi kemacetan arus lalu lintas di Jalan Raya Porong pada musim mudik Lebaran. Sebab tidak musim Lebaran saja, sehari-hari jalan ini sudah diwarnai kemacetan. Apalagi jika tiba-tiba muncul bubble (semburan gas yang mudah terbakar), maka akan terjadi kemacetan panjang.
Jalan ini merupakan jalan utama yang mengubungkan Sidoarjo dengan daerah timur Jatim, seperti Pasuruan, Banyuwangi, dan Sidoarjo. Juga menghubungkan daerah selatan seperti Malang, setelah jalan tol Gempol-Porong putus akibat terkena luapan semburan lumpur Lapindo tanggal 29 Mei 2006.kompas.com
