Harga Gula Terkerek Naik

Ilustrasi

Mendekati puasa dan Lebaran, tidak hanya harga beras yang mengalami gejolak. Harga gula saat ini juga mulai menunjukkan gelagat kenaikan yang cukup signifikan. Kondisi ini tercermin dari realisasi tender gula milik petani tebu binaan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) XI kemarin.

“Keinginan petani untuk mendapatkan harga lebih baik pada saat panen kiranya sedikit terwujud dengan tingginyaharga yang terbentuk saat tender gula kemarin,” ungkap Sekretaris PTPN XI, Adig Suwandi, di Surabaya, Kamis (28/7/2011).

Lebih lanjut ia mengungkapkan, dalam tender 8.670 ton gula milik petani binaan PTPN XI yang digelar di Surabaya kemarin, harga riil yang terbentuk mencapai Rp8.426 per kilogram untuk 2.650 ton produksi pabrik gula (PG) Wilayah Madiun, Rp 8.377 untuk 4.050 ton dari PG Wilayah Pasuruan, Probolinggo, Situbondo dan Bondowoso, Rp8.377 untuk 1.150 ton eks PG Djatiroto, Lumajang dan Rp 8.652 per kilogram untuk 820 ton eks PG Semboro, Jember.

“Dan PT Benteng Baru dari Makassar tercatat sebagai pemenang tender untuk semua gula yang ditawarkan,” kata laki-laki yang saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Gula Indanesia (Ikagi).

Menurutnya, membaiknya harga tender kali ini selain karena mendekati puasa dan lebaran, tampaknya juga tidak terlepas dari pengaruh global. Harga gula untuk pengapalan Oktober 2011 yang tercatat di Bursa Berjangka London saat tender gula petani PTPN XI berlangsung adalah US$ 805,40 per ton FOB (harga di negara asal, belum termasuk biaya pengapalan dan premium).

“Membaiknya harga gula diharapkan lebih memotivasi PG dan petani tebu untuk meningkatkan produktivitas secara lebih terstruktur agar pada saat yang tepat Indonesia mampu mencapai peringkat swasembada dan bahkan ekspor,” tekannya.

Untuk mencapainya, lanjut Adig, berbagai upaya harus dilakukan, termasuk pencegahan masuknya gula rafinasi ke pasar eceran dengan memperlakukannya sebagai gula konsumsi agar tercipta kompetisi sehat. Semua PG, baik yang memproduksi gula rafinasi maupun gula konsumsi, harus berbasis tebu.

“Karena itu pemerintah harus membantu para investor yang berminat masuk ke gula dalam penyediaan lahan yang bebas permasalahan hukum dan okupasi diikuti ketersediaan infrastruktur fisik,” pungkasnya. kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim