Sudah Layak Dilakukan Operasi Pasar Beras

Wakil Gubernur Jatim Saifullah yusuf bersama Bupati Jombang Suyanto saat menghadiri Harlah NU ke-85 di GOR Merdeka Jombang, Minggu (10/7).

Harga beras di pasar-pasar tradisional yang kian melambung membuat Ketua Komisi B DPRD Tulungagung Zaenudin Asyari prihatin. Menurutnya saat ini sudah layak bagi pemerintah untuk melakukan operasi pasar.

“Kenaikan harga beras yang terus terjadi jangan dipandang sebelah mata. Saat ini sudah layak dilakukan operasi pasar,” katanya, Minggu (10/7). Menurut politisi asal PKB ini, jika harga beras tidak dikendalikan dengan operasi pasar dikhawatirkan harganya akan semakin meroket. Apalagi sebentar lagi Bulan Ramadan.

Saat ini harga beras jenis Bramo di pasar tradisional di Tulungagung dan sekitarnya sudah mencapai Rp 8 ribu per kilogramnya. Naik Rp 1.000 dari pekan lalu atau naik Rp 2.000 dari dua pekan sebelumnya. Begitupun dengan harga beras jenis IR 64. Naik dari Rp 6.500 perkilogram menjadi Rp 7 ribu per kilogram. Sedang jenis KOI dari Rp 8.000 kini sudah dijual dengan harga Rp 8.500 per kilogram.

Beberapa pedagang di Pasar Ngemplak Kota Tulungagung menyebut kenaikan harga terus mengalami peningkatan sejak dua pekan terkahir. Pekan lalu saja awal-awalnya naik hanya Rp 500 per kilogram. Tetapi menjelang akhir pekan naik lagi menjadi Rp 1.000 per kilogram.

“Kalau beras kualitas bagus meski sudah mengalami kenaikan banyak tidak apa-apa. Masih laku. Tapi kalau yang kualitas rendah dan sekarang harganya ikut-ikutan naik, ini yang tidak banyak laku,” ujar Jiah (45), salah seorang pedagang beras.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Pemkab Tulungagung Ir Tatang Suhartono MSi membantah jika kenaikan harga pangan beras akibat serangan hama wereng yang meluas dan mengakibatkan gagal panen. “Yang terserang wereng di Tulungagung cuma berapa persennya saja. Hanya 700 hektare yang terserang dari 50.000 hektare tanaman padi,” ujarnya.

Soal adanya 2.000 hektare luasan tanaman padi yang tergejala serangan wereng, Tatang tidak mengelaknya. Namun menurutnya, serangan di 2.000 hektare itu baru gejala saja. “Sudah ditangani dan sudah banyak berkurang serangannya,” terangnya.

Kenaikan harga beras, lanjut Tatang, tak bisa lepas juga dengan penjualan gabah oleh petani. Saat ini petani dalam menjual gabah kering sawah saja ke tengkulak paling rendah sudah Rp 3.400 per kilogram. “Jadi kenaikan harga beras juga dinikmati petani. Penjualan ke tengkulak oleh petani karena harganya lebih mahal dibanding harga patokan Bulog,” bebernya.

Naiknya beberapa harga menjelang Bulan Ramadan, membuat Pemprov Jatim bersiap melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga. Selain operasi pasar, Pemprov juga akan menggelar ‘Kampung Ramadan’ yang menjual semua kebutuhan pokok. Gubernur Jatim Dr H Soekarwo mengakui, kegiatan operasi pasar memang tidak cukup efektif untuk menurunkan harga. Hanya upaya ini diharapkan bisa menekan harga agar tidak meningkat lebih tinggi.

“Operasi pasar itu tidak langsung menurunkan harga, tapi harapan kita harga tidak semakin melambung. Saya juga menjamin kondisi ketahan pangan di Jatim masih cukup,” kata Gubernur Soekarwo atau yang biasa disapa Pakde Karwo, Minggu (10/7).

Kenaikan harga pokok diprediksi akan berlangsung hingga Hari Raya Idul Fitri. Kenaikan paling menonjol terjadi pada komoditas beras, telur, daging ayam bukan ras (buras) dan berbagai jenis sayuran.

Untuk harga beras kualitas baik sudah mengalami kenaikan sejak awal bulan dari Rp 7.500 per kg kini menjadi Rp 8.500 per kg. Untuk kualitas sedang dari Rp 6.500 per kg naik menjadi Rp 7.500 per kg. Dan untuk beras yang berkualitas rendah dari Rp 6.200 per kg naik menjadi Rp 7.200 per kg.

Harga telur sebelumnya Rp 14.000 per kilo gram kini naik menjadi Rp 16.000 perkilonya.

Bawang putih yang semula Rp 9.000 per kg kini menjadi Rp 10.000 per kg. Bawang merah semula Rp 16.000 menjadi Rp 17.000 per kg, sedangkan harga gula pasir dari Rp 8.000 menjadi Rp 9.000 per kg.

Selain operasi pasar, Pemprov Jatim juga akan menggelar ‘Kampung Ramadan’ menjelang Lebaran. Dalam program itu akan dijual berbagai kebutuhan pokok dengan harga terjangkau atau lebih murah dibandingkan dengan harga di pasaran.

Lebih lanjut Pakde Karwo mengatakan, kenaikan harga ini sebenarnya juga menguntungkan petani (produsen), tapi berdampak kurang baik pada masyarakat. “Jadi istilahnya seperti memakan buah simalakama,” katanya.

Langkah lain yang akan ditempuh oleh Pemprov yakni, membantu alat transportasi untuk mendistribusikan bahan pokok dari grosir ke pasar secara langsung. Sebab selama ini bahan pokok dari produsen akan dikirim ke grosir terlebih dulu. Kemudian ke agen, baru setelah itu masuk ke pasar.

Nantinya Pemprov akan memotong jalur distribusi itu dari produsen langsung ke pasar, sehingga tidak banyak berpengaruh pada harga barang. “Jika distribusi dari grosir bisa langsung ke pasar, maka harga bisa lebih murah, apalagi ongkos distribusinya kami yang menanggung,” jelas Pakde Karwo.

Untuk merealisasikannya, pihaknya kini telah mengkoordinasikannya dengan Disperindag Jatim. “Saya sudah bilang ke Pak Budi Setiawan (Kepala Disperindag Jatim) untuk mengumpulkan seluruh produsen dan grosir besar sembako untuk diajak kerjasama distribusi langsung ke pasar,” kata mantan Sekdaprov itu.

Kirim Surat ke Presiden

Sementara itu Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf mengatakan pemerintah belum akan melakukan operasi pasar meski harga beras di pasaran sekarang sudah mencapai Rp 8 ribu per kg. Namun jika kenaikan sudah tidak bisa dikontrol akan melakukan operasi pasar.

“Pemerintah memang ingin harga beras stabil, tapi biasa menjelang lebaran pasti akan  ada kenaikan. Kita akan melakukan operasi jika memang tidak bisa dikontrol,” ujar Gus Ipul usai menghadiri Harlah NU ke-85 yang digelar PC NU Jombang di GOR Merdeka.

Gus Ipul mengatakan untuk Jawa Timur stok pangan masih aman.

Sedangkan menyikapi kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok ini menurutnya Gubernur Soekarwo telah mengirimkan surat ke Presiden SBY agar harga beli pemerintah juga dinaikkan.  “Ini penting, supaya petani mau menjual beras ke Bulog. Kalau itu yang terjadi maka harga akan stabil,” ungkapnya.

Sekarang ini, diakuinya, untuk harga beras Bulog memang masih di bawah harga pasar. Hal ini yang juga menjadi problem.

Meski demikian Gus Ipul, meyakinkan bahwa stok pangan di Jawa Timur menjelang lLebaran ini masih aman. Karena semua sudah terpenuhi. ” Target kita 4 juta ton lebih, kalau nanti memang situasinya tidak terkendali akan dilakukan operasi pasar dan menggelar pasar murah,”tandas mantan Ketua PP GP Ansor ini menandaskan. (bhi)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim