ilustrasi: kabarbisnis.com
Membaiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama empat bulan pertama 2011 menguntungkan produsen pelat baja tanah air. Setidaknya, dua perusahaan baja lokal yang berbasis di Surabaya, PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) dan PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS), membukukan kenaikan pendapatan masing-masing sebesar 35% dan 133% pada periode Januari-April 2011 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Membaiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS memang menguntungkan kami. Ini karena bahan baku produksi kami 100 persen didapat dari impor,” kata Hadi Sutjipto, Sekretaris Perusahaan Gunawan Dianjaya yang juga Direktur Jaya Pari, di sela-sela public expose kinerja keuangan dua perusahaan tersebut di Hotel Shangri-La Surabaya.
Selama caturwulan I/2011, GDST membukukan kenaikan pendapatan sebesar 35% menjadi Rp 769,8 miliar dibandingkan periode yang sama 2010. Sementara, JPRS yang juga bernaung di bawah Gunawan Steel Group mencetak kenaikan pendapatan sebesar 133% secara yean-on-year menjadi Rp 260,7 miliar pada periode Januari-April 2011 dari penjualan Rp 112,4 miliar di periode yang sama tahun 2010.
Kenaikan pendapatan ini didapat dari penguatan nilai tukar rupiah sejak akhir 2010 hingga akhir April 2011. Pada akhir 2010, nilai tukar kurs dollar AS yang digunakan masih berkisar Rp 8.991 per dollar AS. Sementara pada akhir April 2011 nila tukar mata uang tercatat Rp 8.574 per dollar AS.
Kedua perusahaan tersebut selama ini mendapatkan bahan baku baja (sled) dari Ukraina dan Rusia. Mengutnya Rupiah terhadap Dollar AS otomatis meningkatkan margin harga penjualan kedua perseroan. Bedanya, GDST menjual sebagian besar pelat baja hasil produksinya ke pasar luar negeri, sementara JPRS penjualannya 100% mengarah ke pasar lokal
