Revitalisasi Pelayanan Rumah Sakit

IRD RS. dr Soetomo/nababan.wordpress.com

Hidup ini penuh makna dan berarti, nyawa berharga, jangan ambil nyawaku karena mahalnya biaya berobat ke rumah sakit. Mahalnya biaya berobat membuat masyarakat yang miskin semakin terpinggirkan dalam memeriksa kesehatan serta berobat, bahkan karena tidak punya uang, rela menahan rasa sakit dan berbaring di rumah.

Saya pernah melihat berita di Metro TV orang miskin hampir di ambang kematian karena tidak punya uang untuk berobat, dia terkapar di kamarnya tak berdaya sungguh membuat hati saya miris dan prihatin melihat keadaan pelayanan kesehatan di negeri ini.

Memang pemerintah telah membuat beberapa terobosan baru untuk memberikan keringanan kepada masyarakat berupa Askes dan Jamkesmas tetapi saya melihat masih banyak orang miskin yang tak memiliki bantuan tersebut masih dirasakan oleh segelintir orang. Bahkan saya melihat kalau orang miskin yang menunjukkan askes atau Jamkesmas saat berobat maka pihak rumah sakit akan mempersulit bahkan mencari alasan serta memberikan pelayanan yang kurang kepada yang memiliki askes karena “kesannya tidak ada uang masuk” jadi pelayanan pun asal-asalan saja.

Kini orang miskin semakin sulit dan tak berdaya untuk berobat. Menurut hemat saya pemerintah seharusnya melakukan evaluasi atas program yang di luncurkan serta melihat sudah sejauh mana perkembangan atas askes dan Jamkesmas yang telah di buat apakah ada sinkronisasi antara pemberian Askes dan Jamkesmas kepada masyarakat miskin secara merata. Perlu kejelian dan keseriusan dalam membantu orang miskin dalam berobat.

Semakin jauh kita berpikir ternyata pelayanan di rumah sakit pun begitu memprihatinkan, saya tidak tahu kenapa kok bisa sampai begitu, di bilang kekurangan anggaran pemerintah sudah membuat anggaran untuk kesehatan. Rumah sakit di didirikan untuk mempermudah masyarakat untuk berobat bukan untuk mempersulit masyarakat berobat. Kenapa saya bilang semakin di persulit sekali saya pernah membawa adik saya untuk berobat jam Sembilan pagi, kami bawa askes dan menyerahkan askes itu dan perlengkapan lainnya setelah itu kami di bilang menunggu di lantai tiga, saya tidak mau bilang nama rumah sakitnya.

Dengan hati sabar kami menunggu giliran kami ternyata sampai jam tiga sore kami belum di layani. Karena saking gelisahnya saya melapor ke lantai bawah ternyata berkas adek saya ini belum di gubris, hal ini membuat hati saya pedih. Waktu itu saya melihat ada juga yang baru datang berobat terus dilayani membuat hati saya bertanya kok orang itu cepat ya di layani? Kami kok lama? Rupanya di rumah sakit ada juga kong kali kong, saya terus berpikir bahwa orang miskin semakin sulit untuk berobat. Sungguh menyedihkan seperti cinta di tolak saya tidak menyangka demikian.

Puskesmas Riwayatmu Kini

Puskesmas adalah suatu persatuan kesehatan fungsional, merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat disamping juga membina peran serta masyarakat, memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Oleh karena itu Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

Melalui penjelasan diatas, kita dapat melihat bahwa Puskesmas merupakan sarana kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di pedesaan yang sebagian besar merupakan rakyat miskin. Salah satu tugas pemerintah daerah dalam memberikan pelayanan kesehatan yakni melalui Pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan keluarga miskin (JPK-Gakin). Pemerintah telah memberikan anggaran sekitar 15% dari dana APBD yang dialokasikan pertahunnya untuk menyediakan pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin. Disamping itu pemerintah khususnya departemen kesehatan telah menetapkan adanya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas dan jaringannya demi tercapainya kesehatan yang merata.

Melalui salah satu media, pemerintah menyebutkan bahwa Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) akan dinikmati Puskesmas-puskesmas di seluruh Indonesia tahun 2011 ini. Jumlah dana pun beragam mulai dari Rp75 juta per Puskesmas hingga Rp250 juta per Puskesmas. Hal ini mengundang perhatian masyarakat yang juga menunggu realisasi dari pemerintah dalam upaya menanggulangi permasalahan gizi buruk di Indonesia. Seperti kita ketahui Indonesia merupakan salah satu negara yang menjadi sorotan dunia (WHO) terhadap permasalahan gizi buruk. Sesuai dengan data statistik yang ada tentang permasalahan gizi buruk, Indonesia memiliki 10 daerah yang memiliki tingkat Gizi Buruk tertinggi, antara lain Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Banten, Nusa Tenggara Timur, Riau, Sumatera Selatan, Lampung dan Sulawesi Selatan. Dalam 10 daerah ini masing-masing jumlah penduduk yang menderita gizi buruk sekitar 100-500 ribu jiwa per tahunnya. Data di atas semakin menguatkan kita akan pentingnya pemerataan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Pemerintah memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat. Melalui Departemen Kesehatan, pemerintah memberikan beberapa visi dan misi yang ingin dicapai demi menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Tahun 2010-2014 Depkes memiliki Visi Rencana Strategis yang ingin dicapai yakni “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan”. Jika kita mengacu pada visi ini, maka kita akan melihat betapa pemerintah sangat memikirkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Namun apakah visi ini telah benar-benar diterapkan bagi masyarakat Indonesia?. Rasa-rasanya lebih jauh panggang dari api, belum ada pemerataan kesehatan di masyarakat, padahal kalau di runut kepada pendirian rumah sakit atau Puskesmas itu tidak lain tidak bukan untuk pemerataan kesehatan masyarakat, hemat saya pemerintah harus membuat evaluasi, memfungsikan komponen kesehatan dalam pengevaluasian untuk mencapai visi stategis yang dibuat. Semoga….?

Oleh : Benni Sinaga, SE. (Penulis adalah Alumni STIE IBMI Medan Aktif di Campus Concern Medan)

2 Komentar Pembaca

  1. Kpd Yth
    Bappeda Jatim
    Saya bersyukur karena tulisan saya di publish di pusat data Provinsi Jatim, dan biar para pembaca dapat membacanya dengan jelas dan dapat mengkritisi untuk perbaikan tulisan ini. tetapi Saya jadi bertanya kenapa tulisan Saya ini dapat di publish di Jatim, padahal Saya tak pernah megirim artikel ke Jawa Timur. Jadi tolong di kasih tahu darimana tulisan Saya ini di ambil?

    Hormat Saya,

    Benni Sinaga, SE
    081263969571

    • Yth Pak Benni Sinaga yang budiman, kami mohon maaf lupa dan khilaf tidak mencantumkan sumber berita media yang pernah memuat tulisan bapak yang sangat inspiratif dan memberikan wawasan khususnya di bidang kesehatan bagi masyarakat luas itu. Terimakasih atas atensinya.

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim