ilustrasi: sun-indium.blogspot.com
Gabungan Koperasi Susu Indonesia Jawa Timur mendesak kepada pemerintah untuk segera menyusun peta strategis persusuan nasional.
Ketua Bidang Organisasi GKSI Jatim Sulistiyanto mengatakan peta strategis tersebut diperlukan karena selama ini banyak seminar yang digelar baik menyangkut tentang harga susu, teknologi susu, maupun situasi persusuan lainnya, tanpa mampu mempengaruhi kebijakan.
Terbukti, ujar dia, salah satunya harga susu relatif rendah dan belum naik. Belum berbanding lurus dengan harga pakan yang cenderung naik. Sementara dengan gerakan minum susu secara nasional, akan memberdayakan peternak maupun KUD.
“Pemerintah perlu menyusun roadmap terkait gerakan minum susu secara nasional seperti saat era orde baru dengan Repelita,” kata Sulistiyanto di Seminar Persusuan Nasional di Universitas Brawijaya Malang hari ini.
Menurut dia, konsumsi susu nasional saat ini masih rendah yakni 10,3 liter per kapita per tahun. Masih sangat jauh dibanding konsumsi dunia yang mencapai 21,8 liter per kapita per tahun.
“Sementara produksi susu nasional baru mencapai 1,6 juta liter per hari atau 25% dari kebutuhan nasional sebesar 6-6,5 juta liter per hari.”
Tidak hanya itu, lanjutnya, kondisi peternakan sapi perah rakyat di bawah koperasi saat ini populasinya juga relatif rendah dengan skala kepemilikan masih 2-3 ekor. Di Jatim sendiri jumlah populasi pada 2010 mencapai 139.065 ekor dengan jumlah peternak sebanyak 37.826 orang. Peternak juga kesulitan mendapatkan bibit unggul.
Faktor lain yang dihadapi, Industri Pengolahan Susu (IPS) menjadi single market yang menentukan harga dan kualitas. Sementara koperasi tidak punya posisi tawar yang kuat. bisnis indonesia.com
