Jatim Bentuk Relawan Penjaga Lingkungan di Kab/kota

Dr Soekarwo, SH, MHum

Rusaknya lingkungan yang menyebabkan bencana banjir maupun longsor di beberapa daerah mendapat perhatian serius dari Pemprov Jatim. Bahkan Gubernur Jatim, Dr. H Soekarwo akan membentuk relawan penjaga lingkungan di semua kabupaten/kota.

Nantinya, salah satu tugas utama dari para relawan itu adalah melakukan menjaga dan melakukan pengawasan, kemudian sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Agar program itu bisa berjalan, Gubernur Soekarwo akan bekerjasama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun pemuda yang selama ini bergerak dibidang lingkungan di seluruh kabupaten/kota. “Program itu memang masih proses perencanaan, tapi mudah-mudahan bisa cepat terealisasi tahun ini, dan saya akan merangkul LSM,” kata Gubernur, Rabu (8/6).

Lebih lanjut pria yang biasa disapa Pakde Karwo itu menjelaskan, salah satu sasaran utama dalam program tersebut adalah untuk penataan ketersedian air bersih dan penanaman pohon untuk mencegah mencegah bencana longsor maupun banjir. “Saya rasa biaya untuk membentuk relawan itu lebih murah jika dibanding memperbaiki jalan dan rumah rusak karena terkena banjir,” katanya.

Saat disinggung mengenai berapa biaya yang diperlukan untuk membentuk relawan penjaga lingkungan, Pakde Karwo enggan untuk menyebut angka. “Saya belum tahu berapa biayanya karena program itu masih rencana, tapi LSM itu tidak dibayar karena mereka bekerja dengan sukarela,” terang mantan Sekdaprov Jatim itu.

Seperti diketahui, Gubernur Soekarwo mendapat Penghargaan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) tingkat nasional dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY bersama dengan Gubernur Sumatera Barat dan Gubernur DKI Jakarta saat  memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Istana Negara Jakarta, Selasa (7/6).

Selain itu SBY juga memberikan 179 penghargaan antara lain penghargaan Status Lingkungan Hidup Daerah (SLHD), Kalpataru untuk perorangan dan kelompok masyarakat, penghargaan Adipura kepada kabupaten dan kota serta penghargaan Adiwiyata Mandiri 2010 kepada sekolah yang peduli terhadap lingkungan.

Untuk Penghargaan Adipura tahun 2011 ini secara nasional ada 63 anugrah, Jawa Timur mendapat 14 anugrah atau 22,2% dan 1 piagam. Untuk Kalpataru Jawa Timur memperoleh 2 Anugerah secara nasional dari 10 penghargaaan Kalpataru, dalam kategori Perintis Lingkungan. Sedangkan untuk Anugerah Adiwiyata yaitu Sekolah yang Peduli dan Berbudaya Lingkungan, Jawa Timur meraih 9 Anugerah Adiwiyata Mandiri.

Dihubungi secara terpisah, Kepala Dinas Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan, Drs, Sugeng Riyono, MM melalui Kepala Bidang Pengembangan Aktifitas Pemuda Dispora Jatim, Supriyadi, SH, MM menyambut baik rencana pembentukan relawan penjaga lingkungan, sebab program itu sejalan dengan apa yang dikerjakan oleh Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan (Dispora). “Kami sangat mendukung penuh program tersebut, karena berdampak positif bagi lingkungan,” kata Supriyadi, Rabu (8/6).

Tahun ini dinas yang dipimpin oleh Sugeng Riyono itu berencana untuk menanam 6000 ribu pohon sengon di enam kabupaten/kota seperti, Kabupaten Malang, Nganjuk, Tuban, Ponorogo, Magetan dan Sampang.

Sedangkan dua Kabupaten yakni Malang dan Nganjuk sudah dilakukan penanamn pohon masing-masing 1000 pohon sengon. Untuk daerah Malang penanaman di lakukan mulai tanggal 21-23 Februari lalu di Kecamatan Dau dengan luas lahan tanam 1000m2. Daerah yang terletak di ketinggian antara 600 – 2.100 meter dari permukaan laut dengan curah hujan rata 2000 – 3000 mm/tahun memang cukup bagus untuk penanaman Kayu Sengon.

Sedangkan di Nganjuk, penanaman di lakukan di Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Ngetos. Di dua kecamatan itu lahan yang ditanami sengon masing-masing 500m2. Selain itu kegiatan ini juga mengacu pada Kepres RI. No 24 Tahun 2008 tentang hari menanam pohon Indonesia. “Penanaman pohon itu dilakukan oleh para pemuda yang tergabung dalam ‘Hutan Produktif Pemuda’,” katanya.

Lebih lanjut Supriyadi menjelaskan alasan memilih tanaman sengon karena pohon dengan nama latin Albasia falcataria dan bisa dipanen dalam waktu lima tahun itu memiliki nilai jual yang cukup tinggi. “Selain bisa berdampak positif bagi lingkungan, kayu sengon sangat dibutuhkan oleh pengusaha kayu,” katanya. (bhi)

Komentar Pembaca

  1. Salut untuk semua kegiatan yang dilakukan terutama penanaman pohon, hanya saja sangat disayangkan kenapa pohon sengon yang dipilih dalam kegiatan ini? Bukan pohon trembesi atau pohon asam yang dapat dijadikan tanaman masa depan dalam menjaga lingkungan yang berkelanjutan. trims

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim