Atasi Ulat Bulu di Jatim, Mentan Kirim Tenaga Ahli

Menteri Pertanian Dr. Suswono bersama Gubernur Jatim

Menteri Pertanian Dr. Suswono bersama Gubernur Jatim, Soekarwo akan menurunkan tim ahli untuk memberantas ulat bulu di Probolinggo dan Pasuruan.

Serangan ulat bulu di daerah Kabupaten Probolinggo serta Pasuruan ternyata mendapat perhatian serius dari Menteri Pertanian Dr. Suswono. Dalam waktu dekat ia berjanji akan menurunkan tim ahli untuk menyelidiki kasus serbuan ulat bulu ini.

Suswono mengaku sudah mendapat laporan dari Gubernur Jatim, Dr. H Soekarwo saat melakukan kunjungan ke Jatim, Selasa (5/4) kemarin.

“Pada pertemuan dengan gubernur, saya sudah mendapat laporan secara lengkap terkait kasus ulat bulu yang menyerang di beberapa daerah di Jatim dan dalam minggu ini kita akan mengirimkan tenaga ahli untuk mengatasi masalah ini,” kata Menteri di Gedung Negara Grahadi

Saat disinggung apakah petani akan mendapat ganti rugi, Suswono mengatakan jika sampai terjadi puso (gagal panen) hingga menacapai 70% , maka petani berhak mendapat ganti rugi berupa pupuk, benih dan bantuan Rp2,5 juta setiap hektarnya.

“Untuk kasus ulat bulu ini pihak pemprov harus melakukan penelitian soal kerugian yang diderita petani,” katanya.

Ditemui ditempat yang sama, Gubernur Jatim Dr.Soekarwo menjelaskan, saat ini Dinas Pertanian sudah melakukan beberapa langkah untuk membasmi ulat bulu, seperti menyemprot pestisida dan membakar daun yang ada di bawah pohon. “Biasannya daun yang rontok dibiarkan oleh petani agar menjadi humus, tapi karena hujan terus malah menjadi perkembang biakan ulat bulu,” kata pria yang biasa disapa Pakde Karwo itu.

Agar perkembangan ulat bulu tidak meluas, Pemrov Jatim telah membentuk tim khusus dari Dinas Pertanian yang terdiri dari 27 orang yang berasal dari petugas penyuluh dan petugas lapang pertanian. Mereka semua dibekali dengan sejumlah peralatan penyemperot lengkap dengan pestisidanya.

Banyaknya ulat bulu yang menyerang Probolinggo, sebenarnya akibat anomali iklim. Ulat tersebut tumbuh dan berkembang dengan cepat dari daun-daun yang busuk di bawah pohon akibat tanah yang selalu lembab karena terus diguyur hujan.

Sementara itu, akhir-akhir ini hujan jarang turun dan berdampak makin cepat dan berkembangnya ulat. Hingga saat ini, ulat bulu telah menyerang sekitar 14.682 pohon mangga di beberapa kecamatan di Kabupaten Probolinggo dan Kota Probolinggo. Bahkan kini telah meluas ke Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan.

Ratusan ulat menempel dan bergelantungan di pohon mangga milik warga. Padahal, mangga merupakan sumber penghasilan tambahan warga Nguling. Saat ini petugas tengah mengantispasi penyebaran ulat pada sejumlah perkebunan kopi. Di Probolinggo terdapat sekitar 2.600 hektare kebun kopi yang berada di Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Dari 2.600 hektare itu terdiri dari 1.100 hektare kebun kopi arabika dan 1.500 kopi robusta.

Tanaman tersebut tumbuh di lahan yang di dataran tinggi atau 1.000 dpl (di atas permukaan laut). Kawasan tersebut akan menjadi perhatian, karena lokasinya dekat dengan kecamatan di Probolinggo yang terserang ulat bulu.

Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur, Wibowo Eko Putro terus bahu membahu, melibatkan masyarakat menangani wabah ulat bulu itu. Di antaranya, menyemprotkan pestisida dan memangkas pohon-pohon yang diserang ulat.

Untuk melokalisasi wabah ulat bulu, tidak hanya Probolinggo, alat pestisida juga dikirim ke empat daerah lain di Jawa Timur. Menurutnya, untuk menanggulangi wabah itu ada ribuan batang pohon yang harus dipangkas. Diantaranya, sebanyak 2.067 pohon di Kecamatan Leces, 3.464 pohon di Kecamatan Tegal Siwalan, 1.640 pohon di Kecamatan Bantaran dan 770 pohon di Kecamatan  Sumberasih.

Sementara itu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Dr.Soetomo (Unitomo) Surabaya,  Ir. A. Kusyairi, M.Si. mejelaskan serangan ribuan ulat bulu di Kabupaten Probolinggo serta Pasuruan dalam sepekan terakhir dipandang karena pengaruh anomali cuaca. Siklus yang tak berkembang secara baik menimbulkan mutasi genetik ulat bulu sehingga berkembang dan meluas seperti saat ini.

“Musim sekarang ini tidak bisa diprediksi. Hal itu mendorong siklus terputus, sehingga perkembangbiakan ulat untuk membentuk kepompong menjadi terganggu,” terangnya, Selasa (5/4).

Dikatannya, penyebab hama ulat bulu tersebut karena musuh alaminya mengalami tekanan. Musuh alami ulat tersebut tidak hanya burung, ada juga serangga dan lalat. “Musuh alaminya terganggu karena musim hujan yang panjang. Ini murni faktor alam,” katanya.

Hilangnya musuh alami, menyebabkan ulat-ulat tersebut mendadak berkembang biak hingga menjadi hama. serangan hama ulat bulu itu merupakan akibat dari anomali cuaca yang membuat musuh alami ulat bulu menjadi mati, yakni sejenis predator.

Mencegah penyebaran ulat bulu di daerah lain adalah dengan  menyemprotkan  pestisida yang ramah lingkungan. Pasalnya, penyemprotan disinsektan yang berlebihan dikhawatirkan mempengaruhi kondisi lingkungan setempat. Sehingga pemusnahan dengan cara alami perlu lebih diprioritaskan.

Menurutnya, serangan ulat bulu dalam jangka waktu yang cukup panjang juga dapat menganggu produksi tanaman pertanian seperti Mangga dan sejenisnya. “Ulat ini menyerang daun-daun mangga menyebabkan daun-daun kering, rontok dan rusak. Daun ini berfungsi untuk proses fotosintensis. Ini tentu akan mempengaruhi produksi mangga,” ujarnya.

Kusyairi melanjutkan, selain dengan pestisida, ulat bulu dapat dimusnahkan dengan cara manual, yakni dengan melakukan pembakaran daun-daun yang gugur. “Diharapkan asapnya bisa mengganggu kelembaban yang dibutuhkan oleh kepompong ulat itu,” ungkapnya.

Sedangkan secara biologis, pemusnahannya dapat dilakukan dengan memproduksi sejenis burung pemakan ulat, sehingga perkembang biakannya tidak kemana-mana. “Yang jelas, perkembangan ulat bulu harus dikendalikan melalui menyapu, membakar, atau menyemprot, sebab jika tidak dikendalikan akan semakin menjalar kemana-mana,” tuturnya.

Pihaknya juga mengimbau akademisi di bidang pertanian melakukan research atau penelitian mengenai jenis ulat bulu yang berkembang saat ini. Sehingga nantinya diperoleh penanganan yang tepat. (bhi)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim