Jatim Deflasi 0,03%, Harga Cabai dan Rajungan Turun,

ilustrasi: www.beritajakarta.com

Turunnya berbagai harga kebutuhan pokok dan bahan makanan khususnya cabai rawit dan cabai merah selama bulan Maret 2011 dinilai sabagai pemicu utama terjadinya deflasi Jatim sebesar 0,03%. Angka deflasi ini lebih rendah dari deflasi nasional yang mencapai 0,32%.

“Deflasi Jatim terjadi akibat penurunan harga berbagai komoditas bahan makanan, khususnya harga cabai rawit, beras, cabai merah, bawang merah, kepiting rajungan, cumi, tongkol kacang panjang, tongkol pindang dan udang basah,” ungkap Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Irlan Indrocahyo di Surabaya, Jumat (1/4/2011).

Harga cabai rawit, umpamanya, pada bulan Februari harga masih mencapai Rp90.000 per kilogram sementara pada bulan Maret turun 16% menjadi Rp75.000 per kilogram. Penurunan harga cabai rawit di bulan Maret ini ini menurutnya dipicu oleh gejala musiman yang terjadi tiap tahun. Penurunan yang sama juga terjadi untuk komoditas cabai merah besar. Pada bulan Februari harga cabai merah besar masih mencapai Rp21.000 per kilogram menjadi Rp17.000 per kilogram, turun sebesar 19%.

Sementara harga beras dan bawang merah juga terjadi penurunan. Bawang Merah sedang pada bulan Februari harga masih dilevel Rp20.000 per kilogram sedangkan di Maret turun menjadi Rp20.000 per kilogram. Untuk harga beras, harga turun 1,7% dari Rp7.000 per kilogram di bulan Februari menjadi Rp6.800 per kilogram di bulan Maret.

“Meski ada beberapa komoditas yang mengalami penurunan, namun ada juga berbagai kebutuhan yang harganya masih naik dan memberikan sumbangan terjadinya inflasi, diantaranya kenaikan harga telur ayam ras, emas perhiasan, bawang putih, minyak goreng, daging ayam ras, sepeda motor, bandeng, rokok kretek, majalah dewasa dan rokok filter,” ungkapnya.

Irlan juga menuturkan, dari 10 kota yang menjadi acuan perhitungan laju inflasi di Jatim, hanya Surabaya yang mengalami inflasi sebesar 0,17%, sementara 9 kota lainnya mengalami deflasi.

Deflasi tertinggi terjadi di kota Kediri yang mencapai 0,34% disusul kota Jember sebesar 0,33% dan Tuban sebesar 0,31%. Sementara deflasi terendah terjadi di Sumenep sebesar 0,01%.

“Tingginya deflasi yang terjadi di Kediri, Jember dan Banyuwangi ini lebih disebabkan oleh besarnya penurunan harga pada kelompok bahan makanan sehingga memberikan sumbangan negatif yang lebih tinggi dari kota-kota lainnya. Sementara inflasi di Surabaya terjadi akibat kecilnya sumbangan kelompok bahan makanan dan terjadinya kenaikan harga emas perhiasan yang memiliki bobot yang cukup tinggi di kota pahlawan ini,” terang Irlan.

Sementara laju inflasi tahun kalender Januari-Maret 2011 di Jatim mencapai 0,99% dan laju inflasi year on year (Maret 2011 terhadap Maret 2011) mencapai 7,32%. (kbc)

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 4778. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim