Bisnis Rp 7 M per Hari Macet di Gresik

ilustrasi: jurnalberita.com

Banjir di Kabupaten Gresik hingga Selasa (29/3) masih merendam jalur Pantai Utara (Pantura/Daendels). Kalangan pengusaha pun mulai mengeluhkan terhambatnya distribusi yang terjadi sejak Minggu (27/3) lalu. Menurut estimasi pebisnis, sedikitnya Rp 7 miliar/hari menguap akibat banjir yang berbuntut kemacetan itu.

”Sebenarnya peristiwa meluapnya air sungai sudah bisa diprediksi. Sayangnya tak ada perbaikan dari pemerintah,” ujar Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Surabaya, Jamhadi, Selasa (29/3).

Menurut kalkulasinya, potensi ekonomi yang meluap yang dialami pengusaha akibat peristiwa ini mencapai Rp 7 miliar per hari. Jalur Pantura memang sejak dulu merupakan jalur distribusi perdagangan, dan dalam setahun potensi ekonomi di Jatim mencapai Rp 89 triliun dan 20 % melewati jalur panturan. Dari Rp 89 triliun/tahun potensi Jatim, 20 % atau Rp 16 triliun/tahun melalui jalur Pantura. Artinya, potential lost-nya sekitar Rp 7 miliar/hari.

Menurut Jamhadi, saat ini yang bisa dilakukan pengusaha yang melewati jalur distribusi Pantura hanyalah mengalihkan jalur distribusi lewat laut atau udara atau mengalihkan melalui jalur Selatan. ”Semua solusi itu akan menambah beban pengusaha dalam hal biaya tambahan angkutan yang lebih besar. Kalau tidak segera teratasi dikhawatirkan bisa memicu kenaikan harga produk,” katanya.

Hal senada diungkapkan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Gresik yaitu PT Semen Gresik dan PT Petrokimia Gresik. “Untuk memperlancar distribusi semen di Jawa Timur wilayah timur, sebagian transportasi pengangkutan Semen Gresik dari Babat Kabupaten Lamongan berputar melalui jalur Jombang dengan jarak yang lebih jauh. Tentu ini berpengaruh terhadap biaya distribusi,” kata Hari Subagio, Kepala Bagian Humas PT Semen Gresik, semalam.

Tambahan biaya transportasi tersebut, jelasnya dihitung berdasarkan besarnya jumlah angkutan dan jarak tambahannya. Biaya tambahannya Rp 300 per kilometer per ton. “Misalnya satu truk membawa semen 20 ton, biaya tambahan setiap satu kilometer jarak adalah Rp 300 dikali 20 ton dikali 1 kilometer. Jadi total Rp 6.000 untuk 20 ton semen sejauh satu kilometer,” terangnya.

Sedangkan, Syaifudin Zuhri, Direktur Utama (Dirut) PT Varia Usaha, salah satu anak perusahaan PT Semen Gresik di bidang transportasi membenarkan jika ‘lumpuhnya’ jalur nasional di Kabupaten Gresik ini berpengaruh terhadap distribusi semen ke arah Jawa Timur sebelah timur. “Akibat banjir ini, ritase distribusi menurun antara 5% sampai 7%,” ungkapnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, jika PT Varia Usaha selama ini mengangkut sekitar 35% produksi dari PT Semen Gresik. Tujuan terbesarnya di area Jawa Timur. “Saat ini, distribusi di Jawa Timur bagian barat dan selatan tetap aman karena tidak lewat Gresik. Tapi beruntunglah, saat ini demand masih kondisi normal-normal saja. Jadi kalau ada penurunan sedikit, tidak terlalu menjadi masalah,” ujarnya.

Terpisah, Wahyudi Kepala Biro Humas PT Petrokimia Gresik mengatakan secara prinsip jika di jalur tersebut banjir dan macet sudah pasti ada gangguan terhadap tranportasi. “Kalau ada pengiriman pupuk sudah otomatis terganggu dengan kondisi seperti sekarang ini. Tapi kebetulan PT Petrokimia Gresik sekarang ini tidak ada pengiriman pupuk urea karena memang ada jadwal perbaikan pabrik selama seminggu ini. Tapi untuk distribusi bahan bakunya tetap,” jelasnya singkat.

Tak hanya industri besar, Usaha Kecil Menengah (UKM) juga terganggu distribusinya. Bahkan sejumlah UKM di Kecamatan Cerme, wilayah banjir terparah kegiatan pengirimannya lumpuh.

“Jika hal ini tidak teratasi dalam waktu sepuluh hari, mereka terancam tidak akan berproduksi. Tentu mengganggu perekonomian,” kata Tri Andi Suprihartono, Wakil Ketua I Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Gresik.Menurutnya, perusahan yang terkena dampak langsung banjir ini mengalami peningkatan biaya operasional rata-rata 10% dari total biaya operasional yang normal mereka keluarkan.

Pengusaha Gresik, H. Andik pemilik PT Multi Dimensi, membenarkan jika biaya transportasi untuk distribusi barang bertambah. “Setiap hari saya harus mengirim 10 ton produksi kami, atau sembilan truk. Untuk truk sewa tambahan biayanya Rp 50 ribu, jika menggunakan truk sendiri 30 ribu. Aman banjir, tapi terganggu distribusi,” kata H. Andik yang memiliki 300 karyawan tersebut.

Estimasi pelaku usaha tersebut dikuatkan oleh Kresnayana Yahya, pakar statistik dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), di Surabaya. Setidaknya dari tiga hari luapan kali Lamong lebih dari Rp 9 miliar potensi bisnis hilang. “Kalau ada sekitar 300 orang saja pengusaha tambak disana, dengan asumsi perputaran uang dalam sehari mencapai Rp 10 juta, dalam sehari banjir saja bisa sekitar Rp 3 miliar potensi bisnis hilang,” ujar pagi tadi.

Jumlah tersebut merupakan kerugian dari potensi bisnis yang hilang. Tentunya kerugian bisa semakin besar karena petani tambak mengalami kerugian yang cukup lama akibat banjir yang tak kunjung surut. Ini dikarenakan tiap petani bandeng dan udang memiliki luas tambak yang jumlahnya tidak sama. Sehingga kerugian akibat luapan kali Lamong diperkirakan semakin besar.

Kresnayana bahkan menyebut uang yang hilang akibat bahan bakar kendaraan yang macet hingga memutar akibat banjir lebih besar. Asumsinya tiap satu jam ada sekitar 1.000 kendaran. Jika dalam sehari sekitar 20 jam kendaraan melintas, maka bahan bakar yang hilang semakin banyak. “Kalau satu kendaraan kehilangan dua liter saja, dikalikan jumlah kendaraan yang melintas bisa dihitung berapa tingkat kerugiannya,” paparnya.

Untuk itu, kata dia, perlu penataan ulang lokasi banjir di kawasan sekitar kali Lamong. Fungsi kali Lamong sendiri sudah menurun jauh ketimbang 15 hingga 20 tahun yang lalu. Karena itulah parameter yang dibutuhkan adalah dari sisi penataan ulang. “Apakah itu nanti jadi kewenangan pusat, provinsi, atau pemerintah kota yang terpenting adalah bagaimana dampak dari banjir bisa diminimalisasi,” katanya.

Selain itu, penataan yang dilakukan pemerintah sebaiknya juga memperhatikan kondisi kali Lamong. Ini karena fungsi kali Lamong dalam menampung debit air sudah jauh berkurang akibat jumlah sedimen yang makin meninggi.

Dianggarkan Rp 26 Miliar

Banjir akibat meluapnya Kali Lamong dan merendam jalan nasional Gresik – Lamongan di KM 28-KM29 sudah dianggarkan perbaikannya bersamaan dengan proyek pelebaran jalan. Anggarannya diambilkan dari APBN senilai Rp 26 miliar.

Menurut Kepala Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur Gentur Sandjojo Prihantono, jalan yang terendam akibat bajir masuk dalam kewenangan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) V untuk wilayah Jawa Timur. Sehingga perbaikannya akan dikoordinasikan dengan BBPJN V.

Saat ini prosesnya masih dalam tahap evaluasi lelang dan diperkirakan dalam waktu dua minggu lagi sudah diketahui siapa pelaksana proyek tersebut. Ia memastikan, setelah air surut, perbaikan jalan yang rusak akibat banjir secepatnya akan diperbaiki untuk menghindari keceelakaan lalu lintas akibat jalan berlubang.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemeliharaan Jalan Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur, Made Sukartha menambahkan, perbaikan jalan yang tenggelam memang anggarannya masuk dalam proyek pelebaran jalan seluas bahu jalan. “Jalan yang dilebarkan sekitar 3 kilometer,” katanya

Made mengatakan, Dari ruas jalan nasional Gresik – Lamongan sepanjang 70 km, ruas yang tenggelam akibat banjir hanya 1 km. Saat ini, pihaknya bersama dinas terkait dan pihak-pihak yang mempunyai kewenangan seperti BBPJN V sudah memantau setiap saat untuk mendata kerusakan struktur jalan akibat banjir.

Made menambahkan, pengalihan arus ke Jalur Pantura juga terganggu karena ada perbaikan landasan beton jembatan Sembayat. Namun, Made memastikan dalam waktu tiga hari perbaikan jalan itu sudah kering dan bias dilalui, sebab pihaknya juga telah menggunakan zat adiktif untuk mempercepat pengeringan. “Perbaikan memang dilakukan sebelum ada banjir, sehingga kami minta maaf karena pengguna jalan terganggu,” ujarnya. SP

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim