Penyaluran pembiayaan perbankan syariah di Jatim sepanjang 2010 tumbuh 59% melampui pertumbuhan kredit perbankan konvensional.
Data BI Surabaya menunjukkan pertumbuhan kredit bank konvensional di Jatim sekitar 20% tahun lalu. Jika ditinjau dari segi nominal, nilainya masih rendah karena perbankan syariah membukukan pembiayaan senilai Rp5,5 triliun.
Namun, dibandingkan dengan dengan posisi kredit pada akhir 2009, outstanding pinjaman perbankan syariah mengalami pertumbuhan 59%.
Total pencapaian penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tercatat Rp5,7 triliun, naik 40% dari posisi 2009 sebesar Rp4,1 triliun. Dengan komposisi DPK dan pembiayaan tersebut, financing to deposit ratio (FDR) bank syariah mencapai 96,86%. Nilai FDR ini jauh di atas LDR bank konvensional sebesar 71%.
Untuk pertumbuhan aset, tahun lalu mencapai Rp7,2 triliun atau tumbuh 44,63% dari posisi 2009 sebesar Rp5,02 triliun.
Ketua Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Jatim Ersyam Fansuri mengatakan penetrasi pasar masih luas sehingga pertumbuhan bisa signifikan. Apalagi, kondisi itu didukung dengan pertumbuhan industri perbankan syariah itu sendiri.
”Pasar yang masih terbuka membuat banyak bank konvensional yang melebarkan bisnisnya ke perbankan syariah sehingga mendorong pertumbuhan bisnis dari industri bersangkutan,” ujar Ersyam hari ini.
Menurut dia, hampir semua bank konvensional membuka unit syariah atau membentuk anak perusahaan khusus perbankan syariah. Sinergi seperti itu cukup positif karena perbankan syariah dapat memanfaatkan jaringan yang dimiliki induknya.
Selain itu, persaingan yang ketat menuntut perbankan syariah melakukan berbagai inovasi dari sisi layanan dan produk. ”Bank Syariah tidak bisa hanya mengandalkan nasabah dengan basis ikatan emosional semata.”(yn) bisnis.com