Februari 2011, Jatim Alami Inflasi 0,15%

ilustrasi: arumsekartaji.wordpress.com

Badan Pusat Statistik Jawa Timur merilis, pada Februari 2011, Jatim mengalami inflasi sebesar 0,15% akibat naiknya berbagai komoditas konsumsi di wilayah tersebut. Laju inflasi tersebut lebih tinggi dari nasional di bulan yang sama yang hanya mencapai sebesar 0,13%.

“Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terhadap inflasi Jatim di bulan Februari ini diantaranya adalah kenaikan harga mobil, minyak goreng, rokok kretek, tempe, sepeda motor dan cabe rawit,” ungkap Kepala BPS Jatim Irlan Indrocahyo di Surabaya, Selasa (1/3/2011).

Irlan mengatakan, pada Januari, harga beberapa makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau mengalami kenaikan yang cukup besar. Kondisi ini juga diperparah dengan naiknya harga kelompok transportasi seperti mobil.

“Harga bahan makanan jadi mengalami kenaikan seiring dengan naiknya harga berbagai bahan makanan, seperti kenaikan harga tempe dipicu oleh naiknya harga kedelai impor yang menjadi bahan baku pembuatan tempe. Adapun kenaikan harga rokok karena kenaikan cukai,” lanjutnya.

Terkait komoditas cabe rawit yang sebelumnya menjadi penyebab utama inflasi di Jatim, Irlan mengatakan pada bulan ini harganya masih mengalami kenaikan. Dari Rp85.200 per kilogram di bulan Januari menjadi Rp90.000 per kilogram di bulan Februari 2011.

Adapun beberapa komoditas yang menekan angka inflasi adalah turunnya harga komoditas beras, cabe merah, emas perhiasan, tomat sayur, gula pasir, daging sapi, daging ayam ras, bayam, kacang panjang, semangka dan ikan bandeng.

“Beberapa komoditas yang mengalami deflasi di bulan Februari diantaranya adalah cabe merah, tomat sayur, jeruk dan beras,” ungkapnya.

Pada bulan Januari, ungkap Irlan, rata-rata harga beras di wilayah Jatim masih berada di kisaran Rp7.344 per kilogram dan pada Februari harga tersebut sudah turun sebesar 4,5% menjadi Rp7.013 per kilogram. Harga Cabe merah di bulan Januari mencapai Rp28.000 hingga Rp29.000 per kilogram, harga tersebut turun 25% menjadi Rp21.500 per kilogram.

“Inflasi tertinggi terjadi di Probolinggo mencapai 0,32% dan deflasi tertinggi terjadi di Sumenep yang mencapai 0,80%,” tegasnya. kbc6/kabarbisnis.com

Tulis Komentar

Silahkan isi nama, email serta komentar Anda. Namun demikian Anda tidak perlu khawatir, email Anda tidak akan dipublikasikan. Harap gunakan bahasa atau kata-kata yang santun. Terima kasih atas partisipasi Anda.





© Copyright 2024. Bappeda Provinsi Jawa Timur. Kembali ke atas | Kontak Kami | RSS Feed
Created & Design by IoT Division Bappeda Jatim