Gubernur Jawa Timur Soekarwo meminta masyarakat sekitar Trenggalek dan Ponorogo mengaktifkan kembali sistem siskamling dengan memasang kentongan di setiap rumah.
“Masing-masing harus early warning system lewat kentongan yang bisa dijangkau masyarakat. Jangan hanya mengandalkan yang elektronik, kalau mati kan harus ada yang manual,” kata Soekarwo, Jumat (25/2), menanggapi sering munculnya suara gemuruh di Trenggalek dan Ponorogo.
Sekedar diketahui, suara gemuruh dari dasar bumi yang muncul di beberapa lokasi di Kecamatan Trenggalek dan Ponogoro membuat warga sekitar mulai resah.
Soekarwo juga mengatakan pemerintah hingga saat ini belum memutuskan apakah akan menetapkan daerah rawan bencana untuk Trenggalek dan Ponorogo.
Keputusan mengenai daerah bencana, tambah Soekarwo, masih menunggu second opinion dari para ahli yang dalam waktu dekat segera dimintai pendapatnya oleh Pemerintah Jawa Timur.
“Keputusan semacam ini harus ada second opinion. PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Migitasi Bencana Geologi) sudah ada hasilnya, tapi saya sudah minta ITS, ESDM dan BMKG juga meneliti,” imbuhnya.
Second opinion ini, menurut dia, untuk meyakinkan masyarakat supaya tidak terlalu over protection. “Jangan over protection, kalau kehujanan takut, kan malah sakit di dalam rumah. Jangan dibesar-besarkan takutnya melebihi kenyataan yang ada,” ujarnya.
Terkait hal ini, Soekarwo telah melayangkan surat kepada seluruh bupati dan wali kota untuk mengaktifkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah. “Bagi yang belum punya kantor segera membentuk, yang belum punya perda harus segera menyusun,” ujarnya.
(Fatkhurrohman Taufiq / Tempo Interaktif)